Penyelidik PBB: Ada Sesuatu Sangat Mengerikan di Myanmar

Penyelidik PBB: Ada Sesuatu Sangat Mengerikan di Myanmar

JENEWA (Jurnalislam.com) – Seorang penyelidik PBB, yang telah mengunjungi Myanmar pada bulan Januari lalu, mengatakan pada hari Rabu (20/12/2017) bahwa “semua akses ke negara tersebut” telah ditutup.

“Sayang sekali Myanmar telah memutuskan untuk mengambil langkah ini,” kata Yanghee Lee, pelapor khusus PBB, dalam sebuah pernyataan, lansir Anadolu Agency.

“Myanmar telah berulang kali menolak bahwa pelanggaran hak asasi manusia telah terjadi di seluruh Myanmar, khususnya di negara bagian Rakhine. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak menyembunyikan apapun, namun kurangnya kerjasama dengan perwakilan saya dan misi pencari fakta menunjukkan hal yang sebaliknya,” kata Lee.

Inilah Hasil Penyidikan Kekerasan Seksual atas Muslimah Rohingya oleh Pasukan Myanmar

Pemerintah Myanmar juga belum bekerja sama dengan Misi Pencarian Fakta Independen Dewan HAM Internasional mengenai Myanmar, yang dibentuk pada bulan Maret 2017, demikian pernyataan tersebut berbunyi.

“Saya bingung dan kecewa dengan keputusan Pemerintah Myanmar ini.

“Deklarasi non-kooperasi dengan perwakilan saya hanya dapat dipandang sebagai indikasi kuat bahwa pasti ada sesuatu yang sangat mengerikan terjadi di Rakhine, dan juga di negara bagian lain,” kata Lee.

Sejak 25 Agustus, lebih dari 656.000 orang Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB. Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer dimana pasukan Budha Myanmar dan massa Budhis membunuhi pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya.

Parlemen Inggris: Intervensi Militer Myanmar atas Muslim Rohingya Semakin Meningkat

Muslim Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok etnis yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan brutal militer Myanmar sejak ratusan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Sedikitnya 9.000 Muslim Rohingya tewas di negara bagian Rakhine, Myanmar barat, dari 25 Agustus sampai 24 September, menurut organisasi kemanusian Doctors Without Borders.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 12 Desember, organisasi kemanusiaan global mengatakan bahwa 71,7 persen atau 6.700 kematian warga Muslim Rohingya disebabkan oleh kebrutalan militer Myanmar. Mereka termasuk 730 anak di bawah usia 5 tahun.

Digunakan untuk Meneror Muslim Rohingya, Israel Masih Kirim Senjata ke Angkatan Laut Myanmar

PBB telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan, penyiksaan – termasuk bayi dan anak kecil – mutilasi pemukulan brutal, pembakaran dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan Budha Myanmar.

Dalam sebuah laporan, penyidik ​​PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut dianggap sebagai kejahatan berat terhadap kemanusiaan.

Bagikan