YAMAN (Jurnalislam.com) – Pembunuhan Brigadir Jenderal terkemuka Pemerintah Yaman oleh Syiah Houthi diperintahkan oleh komandan tinggi Houthi, menurut rekaman audio baru yang diperoleh Al Jazeera.
Seperti yang dilansir Aljazeera, Rabu (29/06/2016) Brigadir Jenderal Hameed al-Qushaibi, yang mengepalai tentara Yaman Brigade 310 ditangkap pada bulan Juli 2014 dan ditembak mati oleh delapan orang bersenjata Houthi di Amran, sebuah kota yang terletak sekitar 50 kilometer sebelah utara Sanaa.
Rekaman tersebut termasuk percakapan telepon yang diyakini terjadi antara beberapa pemimpin militer Syiah Houthi berpengaruh, termasuk komandan lapangan Youssef al-Madani dan komandan militer Abu Ali al-Hakim.
Madani dan Hakim dilaporkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman pada tahun 2015.
Percakapan telepon mengungkapkan bahwa para pemberontak Houthi menganggap pembunuhan Qushaibi sebagai balas dendam atas pembunuhan pendiri kelompok itu, Hussein Badreddin al-Houthi pada tahun 2004.
Dalam satu percakapan yang tampaknya terjadi antara komandan Houthi Abdullah al-Hasani dan Madani, Hasani terdengar menginformasikan kepada Madani bahwa pasukan mereka telah menewaskan Qushaibi.

Madani bertanya kepada Hasani apakah dia yakin bahwa orang yang mereka bunuh adalah Qushaibi, yang ia jawab: “Kami telah memotongnya menjadi potongan-potongan.”
Kemudian ia menjelaskan bahwa mereka juga menembak beberapa pejuang Qushaibi, Hasani menambahkan, “Saya tahu dia.”
Percakapan menunjukkan bahwa para pemimpin Houthi memutuskan untuk menyembunyikan kebenaran tentang siapa yang membunuh Qushaibi, bahkan berencana untuk mengklaim bahwa ia bunuh diri.
Koalisi negara-negara Arab meluncurkan serangan udara di Maret 2015 untuk mengusir pemberontak Houthi, namun para pemberontak Syiah tersebut masih menguasai ibukota dan banyak wilayah Yaman.
Syiah Houthi, yang beralasan membela kepentingan komunitas Zaidi Syiah yang terkepung, mengatakan mereka berperang untuk membela diri terhadap marginalisasi.
Sekitar 9.000 orang telah tewas di Yaman sejak intervensi dimulai, mayoritas dari mereka adalah warga sipil, menurut angka PBB. Pertempuran itu juga telah mendorong 2,8 juta orang dari rumah mereka.
Sedikitnya 14 juta orang Yaman, lebih dari setengah penduduk negara itu, membutuhkan makanan darurat dan bantuan penyelamatan jiwa untuk mencegah kelaparan di hampir setengah dari 22 provinsi Yaman, menurut laporan PBB dan pemerintah Yaman bulan ini.
Konflik 15 bulan di Yaman telah merenggut para pemuda dalam jumlah mengerikan di negara itu, dengan UNICEF memperingatkan bahwa diperkirakan 320.000 anak-anak menghadapi kekurangan gizi yang mengancam jiwa.
Deddy | Al Jazeera | Jurnalislam