GRC: Gaza Jadi Tempat Paling Berbahaya di Dunia Akibat 20 Ribu Sisa Bom Israel yang Belum Meledak

GRC: Gaza Jadi Tempat Paling Berbahaya di Dunia Akibat 20 Ribu Sisa Bom Israel yang Belum Meledak

GAZA (jurnalislam.com)– Warga Palestina di Jalur Gaza terus menghadapi ancaman besar dari puluhan ribu persenjataan yang belum meledak (UXO) yang tersebar di seluruh wilayah setelah dua tahun agresi militer Israel.

Pusat Hak Asasi Gaza (Gaza Rights Center/GRC) dalam laporan terbarunya, Jumat (24/10), memperingatkan bahwa sisa-sisa bom dan amunisi tersebut menimbulkan bahaya harian bagi warga sipil, menghambat operasi kemanusiaan, serta menghalangi upaya penyelamatan dan pemulihan kehidupan bagi keluarga yang kembali ke rumah mereka.

Perang yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah menghancurkan hampir seluruh lanskap perkotaan Gaza. Serangan brutal Israel yang disebut luas sebagai genosida itu menewaskan lebih dari 68.000 orang, sebagian besar warga sipil, sementara banyak jenazah masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.

Menurut GRC, sedikitnya 20.000 amunisi yang belum meledak, termasuk bom, rudal, dan peluru artileri buatan Israel, masih tersebar di seluruh Jalur Gaza. Berat total persenjataan itu diperkirakan mencapai 71.000 ton, tertimbun di antara 65 hingga 70 juta ton puing akibat pemboman.

“Hal ini menjadikan Gaza salah satu tempat paling berbahaya di dunia,” tegas GRC.

“Jika tidak segera ditangani, situasi ini dapat memicu bencana kemanusiaan terbesar dalam sejarah modern.” imbuhnya.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) juga melaporkan bahwa lebih dari 61 juta ton puing kini menutupi wilayah Gaza.

Mahmoud Bassal, juru bicara pertahanan sipil Gaza, mengatakan banyak sisa bahan peledak ditemukan di dalam rumah warga, di jalan, bahkan di lahan pertanian.

“Setiap operasi penyelamatan atau pembersihan menjadi tugas yang mengancam jiwa,” ujarnya kepada GRC.

Dalam beberapa bulan terakhir, GRC telah mendokumentasikan sejumlah insiden ledakan yang disebabkan oleh amunisi yang belum meledak. Salah satu yang terbaru terjadi di lingkungan Al-Zaytoun, Kota Gaza, saat sebuah granat meledak dan menewaskan tiga warga sipil yang sedang membersihkan puing di sekitar rumah mereka.

Ledakan serupa juga dilaporkan di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah yang melukai empat pekerja, serta di kota Al-Qarar, selatan Khan Younis.

“Setiap jalan dan lingkungan di Gaza kini menjadi potensi lokasi ledakan mematikan,” kata GRC.

“Baik saat warga berusaha kembali ke rumah, mengambil jenazah keluarganya, maupun saat memulihkan lahan pertanian.”

GRC menegaskan bahwa keberadaan persenjataan yang belum meledak merupakan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional, termasuk Konvensi Jenewa, yang mewajibkan pihak pendudukan mengambil langkah nyata untuk melindungi warga sipil dan menyingkirkan sisa-sisa perang dari wilayah berpenduduk.

Organisasi tersebut menuntut Israel mengungkapkan peta dan koordinat seluruh bom dan amunisi yang dijatuhkan di Gaza agar proses pembersihan dapat dilakukan secara aman.

Selain itu, GRC menyerukan pembentukan komite internasional di bawah pengawasan PBB untuk melakukan survei menyeluruh terhadap persenjataan yang belum meledak, serta mendesak pengerahan tim teknik internasional dengan peralatan lengkap guna membersihkan dan mengamankan wilayah penduduk.

GRC juga menekankan pentingnya pembukaan kembali seluruh perlintasan perbatasan Gaza agar alat berat dan bantuan teknis dapat masuk untuk mempercepat operasi pembersihan dan rekonstruksi. (Bahry)

Sumber: TNA

Bagikan