KABUL (jurnalislam.com)– Pemerintah Afghanistan menolak seruan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, agar militer AS kembali ke Afghanistan dan merebut kembali pangkalan udara Bagram.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan menegaskan pada Jumat (19/9/2025) bahwa Kabul siap berinteraksi dengan Washington, namun tanpa adanya kehadiran militer AS di negara itu.
“Afghanistan dan Amerika Serikat perlu berinteraksi satu sama lain … tanpa Amerika Serikat mempertahankan kehadiran militer di bagian mana pun di Afghanistan,” ujar Zakir Jalal, pejabat Kemenlu Afghanistan, melalui media sosial.
Ia menambahkan bahwa Kabul membuka ruang kerja sama politik dan ekonomi dengan Washington, tetapi hanya atas dasar saling menghormati dan kepentingan bersama.
Sebelumnya, Trump dalam pernyataannya pada Kamis (18/9) mengekspresikan penyesalan atas ditinggalkannya pangkalan Bagram, yang disebutnya sangat strategis karena berdekatan dengan Tiongkok.
“Kami sedang berusaha mendapatkannya kembali,” kata Trump. “Kami memberikannya kepada [Taliban] secara cuma-cuma,” keluhnya, seraya menyebut bahwa Bagram hanya berjarak satu jam dari lokasi Tiongkok memproduksi rudal nuklir.
Bagram, yang terletak di utara Kabul, pernah menjadi pusat operasi militer AS selama dua dekade pendudukan. Ribuan warga Afghanistan pernah ditahan tanpa dakwaan di penjara berkeamanan tinggi di pangkalan itu dan banyak di antaranya disiksa dengan dalih “perang melawan teror”.
Taliban berhasil merebut kembali fasilitas tersebut pada 2021 setelah runtuhnya pemerintah boneka Kabul menyusul penarikan penuh pasukan AS.
Trump berulang kali menyatakan bahwa AS seharusnya mempertahankan Bagram, bukan demi Afghanistan, tetapi untuk mengimbangi Tiongkok dan menguasai potensi sumber daya mineral negara itu.
Pernyataan terbaru Trump muncul bersamaan dengan konfirmasi bahwa pemerintahan AS telah berunding dengan Taliban. Akhir pekan lalu, utusan khusus AS Adam Boehler dan mantan utusan Zalmay Khalilzad bertemu Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi, di Kabul untuk membicarakan warga negara Amerika yang ditahan di Afghanistan.
Meski tidak mengakui pemerintahan Taliban secara resmi, media AS seperti CNN melaporkan bahwa Washington sejak Maret lalu mempertimbangkan kemungkinan membangun kembali kehadiran di Bagram. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera