PALESTINA (jurnalislam.com)- Para pemimpin faksi Palestina yang tinggal di luar negeri menerapkan langkah-langkah keamanan ketat menyusul ancaman Israel untuk menargetkan tokoh-tokoh senior Hamas.
Menurut laporan Al-Araby Al-Jadeed edisi bahasa Arab dari The New Arab, sejumlah pejabat Hamas dan Jihad Islam di Kairo termasuk di antara mereka yang mengambil tindakan pencegahan. Ancaman itu muncul setelah Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, bersumpah akan “menjangkau” para pemimpin Hamas di luar negeri.
Pernyataan Zamir disampaikan tak lama setelah Tel Aviv mengumumkan bahwa Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—telah meninggal dalam serangan di Gaza.
“Di Jalur Gaza, kami menyerang Abu Ubaidah, salah satu pemimpin tinggi Hamas, setelah sebagian besar kepemimpinan Hamas telah disingkirkan. Tangan kami masih terulur. Sebagian besar dari kepemimpinan Hamas yang tersisa di luar negeri—kami akan menjangkau mereka juga,” kata Zamir dalam pernyataan resmi militer Israel, Ahad (31/8).
Seorang sumber Mesir menyebutkan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa Kairo memperingatkan Israel agar tidak membahayakan Sekretaris Jenderal Jihad Islam, Ziyad al-Nakhalah. Selama beberapa bulan terakhir, al-Nakhalah diketahui hampir menetap permanen di ibu kota Mesir di tengah meningkatnya ancaman Israel.
Sebagai bagian dari upaya mediasi gencatan senjata di Gaza, Mesir bahkan menerima permintaan regional untuk memberikan izin tinggal semi-permanen bagi al-Nakhalah.
Ancaman Israel juga menimbulkan kekhawatiran bagi pejabat Hamas yang kerap melakukan perjalanan ke Mesir untuk berkoordinasi dengan Badan Intelijen Umum Mesir. Al-Araby Al-Jadeed melaporkan bahwa sejumlah pejabat Hamas telah dipindahkan dari Lebanon menyusul pelanggaran berulang Israel terhadap perjanjian gencatan senjata November 2024.
Hamas disebut telah menerima peringatan dari berbagai negara tempat para pemimpinnya bermukim. Peringatan itu mendorong penerapan keamanan ketat, termasuk penjagaan tambahan selama pergerakan mereka.
Seorang pejabat Hamas mengungkapkan bahwa Turki baru-baru ini memperketat pengamanan di sekitar sejumlah pemimpin Hamas, serta mantan tahanan Palestina yang tinggal di negara itu setelah dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan terakhir.
Di Doha, sumber Hamas menegaskan bahwa sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, para pemimpin kelompok tersebut telah berada di bawah pengawasan keamanan ketat. Situasi itu kini semakin diperketat, dengan kepemimpinan Hamas dan faksi lain yang tersebar di berbagai lokasi luar negeri demi alasan keamanan dan operasional. (Bahry)
Sumber: TNA