JAKARTA (jurnalislam.com)– Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof. Ir. Daniel Mohammad Rosyid, M.Phil., Ph.D., menyoroti perubahan mendasar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasca reformasi yang dinilainya telah menggeser jati diri bangsa. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pemateri kedua dalam Dialog Kebangsaan Jamaah Ansharu Syariah di Hotel Sofyan Cut Mutia, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/8/2025).
Menurut Daniel, UUD 1945 yang dirumuskan pada 18 Agustus 1945 oleh para ulama merupakan wujud perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan.
“Islam di Indonesia telah terbukti sebagai kekuatan anti-penjajahan sehingga UUD 1945 dirumuskan para ulama sebagai pernyataan perang melawan segala bentuk penjajahan. Oleh karena itu musuh-musuh Islam, baik elemen kiri maupun kanan liberal, tidak senang dengan UUD 45 ini,” ujarnya.
Ia mengkritik perubahan UUD 1945 menjadi UUD 2002 yang menurutnya mengubah arah negara dari cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
“Sejak reformasi 1998, UUD 1945 bahkan diganti total dengan UUD 2002 yang menjadikan RI berubah dari cita fitrah negara Proklamasi sebagaimana dirumuskan para pendiri bangsa kecuali kaum komunis menjadi negara yang kehilangan jati diri dan tujuan,” tegasnya.
Daniel juga menyoroti pergeseran peran ormas dalam sistem politik Indonesia.
“UUD 45 tidak terlalu memberi posisi penting pada partai politik. UUD 45 itu ormas lebih penting daripada orpol. Tapi pada UUD 2002, organisasi partai politik jadi jauh lebih penting. Ormas seperti NU dan Muhammadiyah tidak bisa mengajukan presiden, harus lewat parpol. Padahal Muhammadiyah, NU, Al Irsyad dan lainnya sudah membina umat begitu lama,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa dalam lebih dari satu dekade terakhir, Islam kerap diposisikan sebagai ancaman bagi Pancasila dan NKRI.
“Selama 10 tahun terakhir, Islam selalu dituding sebagai ancaman bagi Pancasila dan NKRI, padahal UUD 45 sudah mati dikubur di bawah kaki kaum sekuler liberal dan kiri radikal dibungkus dengan demokrasi mbelgedhes. Saat ini kita menghadapi kualitas demokrasi yang menurun,” katanya.
Menutup pemaparannya, Daniel mengajak umat Islam untuk mengambil peran dalam menyukseskan transformasi nasional demi menyelamatkan Indonesia di tengah rivalitas global.
“Umat Islam memiliki hak dan peran bersejarah untuk mensukseskan transformasi nasional ini untuk menyelamatkan RI di tengah konflik China-AS,” pungkasnya.
Reporter: Bahri