GAZA (jurnalislam.com)- Krisis kelaparan di Jalur Gaza semakin parah seiring dengan kerusakan sektor pertanian akibat agresi militer Israel. Melambungnya harga bahan pangan dan kelangkaan kebutuhan pokok membuat ribuan keluarga kini bergantung pada bantuan kemanusiaan dan dapur amal untuk bertahan hidup.
Mahmoud Hassanein, relawan di dapur amal Al-Rahma di wilayah barat Kota Gaza, mengungkapkan lonjakan permintaan bantuan sejak pecahnya perang.
“Pada awal perang, kami melayani sekitar 400 keluarga setiap hari. Kini jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 9.500 keluarga. Banyak orang bahkan kesulitan mendapatkan sepotong roti,” ujarnya kepada The New Arab, Ahad (28/4/2025).
Suha Murtaja, seorang ibu lima anak yang mengantre di dapur amal tersebut, mengisahkan betapa sulitnya memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
“Suami saya kehilangan pekerjaan di sektor pertanian. Kami tidak lagi memiliki penghasilan. Kadang-kadang, kami hanya mendapatkan lentil atau nasi, itu pun nyaris tidak cukup,” katanya.
“Dulu kami hidup bermartabat. Kini, kami harus mengantre dan bergantung pada bantuan untuk bisa makan. Saya tidak pernah membayangkan hidup dalam situasi seperti ini,” tambah Suha.
Situasi diperburuk dengan penutupan penyeberangan Kerem Shalom pada 2 Maret lalu, yang selama ini menjadi jalur utama distribusi barang, termasuk bahan makanan dan pasokan medis, ke Gaza.
“Blokade yang diperparah dengan penutupan Kerem Shalom membuat ekonomi Gaza yang sudah rapuh semakin tercekik,” kata Mohammed Abu Jayyab, ekonom berbasis di Gaza.
“Sedikit jalur pasokan yang masih tersisa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan penduduk Gaza, memperburuk krisis ketahanan pangan,” lanjutnya.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan keprihatinan atas memburuknya situasi di Gaza.
“Operasi militer yang terus berlanjut semakin memperburuk krisis pangan di Gaza, membuat lebih dari dua juta penduduk membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat,” ungkap UNRWA dalam siaran persnya.
Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) juga menyoroti kondisi yang terus memburuk.
“WFP terus berupaya mengatasi krisis kelaparan di Gaza, namun blokade dan pembatasan akses telah membuat upaya ini semakin sulit,” demikian pernyataan WFP.
Reporter: Bahry
Sumber: The New Arab