Serangan dan Pembunuhan Terhadap Muslim di Myanmar telah jadi Kebiasaan

MYANMAR (Jurnalislam.com) – Komunitas Muslim Rohingya menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di Myanmar dan sangat membutuhkan bantuan dan dukungan, lansir World Bulletin Sabtu (11/07/2015).

"Serangan dan Pembunuhan Muslim di Myanmar telah menjadi kebiasaan. Suatu malam sekitar enam bulan yang lalu, massa Buddha menyerang dan membakar madrasah yang didirikan oleh ayah saya, Jalaluddin Usmani, dan membunuhnya," kata Adul Majeed Madani, anggota komunitas Muslim Rohingya.

"Selain ayah saya, massa Buddha juga membunuh semua orang lain termasuk para guru dan pelajar di madrasah," tambahnya.

Lebih dari 3000 Muslim Rohingya, yang melarikan diri dari Myanmar, sekarang tetap menjadi pengungsi di berbagai belahan Hyderabad, ibukota negara bagian Telangana selatan India.

Myanmar adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Myanmar memiliki penduduk sekitar 60 juta orang, 90% dari mereka adalah Budha. Negara ini telah bergulat dengan kekerasan sektarian sejak penguasa militer negara itu menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil pada tahun 2011. Lebih dari 250 orang (menurut angka resmi) telah tewas – kebanyakan dari mereka Muslim – dan 140.000 lainnya terpaksa meningsgalkan rumah mereka.

Di negara bagian barat Rakhine, Buddha tidak menerima keragaman agama dan menuduh komunitas Muslim Rohingya secara ilegal memasuki negara itu dan melanggar batas tanah mereka lalu dijadikan alasan untuk bebas menganiaya mereka karena keyakinan agama mereka. Kekerasan mematikan menyebar awal tahun ini ke bagian lain Myanmar dan telah menimbulkan prasangka terhadap Muslim.

Sejak 2012, lebih dari 150.000 Rohingya, sekitar 10 persen di antaranya tinggal di Myanmar, menaiki perahu yang dioperasikan oleh para pedagang manusia untuk mencapai Malaysia, menurut data yang dirilis oleh organisasi hak asasi manusia Arakan Project.

Beberapa negara di kawasan tersebut serta organisasi internasional menyalahkan Myanmar atas terjadinya eksodus imigran, terutama Rohingya, minoritas Muslim yang mengalami penganiayaan dan melarikan diri dari negara itu.

 

Deddy | World Bulletin | Jurniscom
 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses