JAKARTA (Jurnalislam.com) – Politisi milenial muslim, Agastya Harjunadhi menyatakan sikap kritis idealis yang dimiliki kebanyakan kaum milenial membuat pembelahan pilihan dalam Pilpres April 2019.
“Dalam konteks kedua calon presiden/wapres saat ini, tentu akan bermacam-macam. Tergantung basis pengetahuan dan kultural masing-masing individu generasi milenial,” katanya saat dihubungi Jurnalislam.com Sabtu (16/2/2019).
Pemuda yang pernah menjadi Youth Leader of Indonesian Ambassadors for Malaysia, Kemenpora RI tahun 2014 menilai para milenial cenderung mengikuti elit ulama yang menurut mereka bijak, cerdas, amanah dan terbukti loyal terhadap ummat.
“Sikap rasionalitas milenial muslim membuat mereka akan semakin kuat dan rasional dalam memilih pemimpin/wakil rakyat yang integritas moral dan intelektualnya jelas bervisikan keummatan,” ujarnya.
Agas menjelaskan, umumnya segmentasi pemilih di Indonesia terbagi menjadi empat, yakni rasional, konservatif, swing (belum menentukan pilihan), dan apatis. Empat segmentasi ini pun pasti ada di kalangan milenial.
“Bukan anak muda namanya jika cepat puas. Anak muda seharusnya terus mencari informasi lebih akurat agar dirinya tetap memiliki kontribusi positif atas apa yang ia yakini,” pungkasnya.
Pasalnya, orang memilih pemimpin pasti berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, karena pengetahuan akan mendasari keyakinan.
“Dalam hal ini, jika kita tidak cukup sabar menggali informasi, sebagai muslim kita perlu bertanya kepada orang yang lebih tahu (ulama) agar terhindar dari kebingungan yang menyebabkan golput sehingga merugikan perjuangan ummat di bidang politik. Karena, satu suara kita sangat penting untuk meloloskan politisi yang amanah dan peduli kepada ummat,” tuturnya.