NEW YORK (Jurnalislam.com) – Otoritas AS telah mengumumkan tuduhan terhadap sembilan orang Iran yang diduga membobol sistem komputer 320 universitas di 22 negara.
Mereka yang dituntut, serta organisasi tempat mereka bekerja, Institut Mabna, juga akan terkena sanksi ekonomi, kata pejabat AS pada hari Jumat (23/3/2018), lansir Aljazeera.
Menurut Wakil Jaksa Agung AS Rod Rosenstein, para peretas tersebut diduga melanggar sistem komputer universitas dan mencuri kekayaan intelektual dan penelitian lainnya.
“Mereka meretas sistem komputer sekitar 320 universitas di 22 negara. Seratus empat puluh empat korbannya adalah universitas Amerika,” kata Rosenstein dalam sebuah pernyataan.
“Para terdakwa mencuri penelitian yang merugikan universitas sekitar $ 3,4 milyar,” katanya.
Informasi yang dicuri itu kemudian digunakan oleh Korps Garda Revolusi Iran atau dijual untuk keuntungan di Iran, menurut tuduhan AS.
Mengapa Iran Tingkatkan Perannya di Suriah?
Secara total, para tersangka telah dituduh melakukan tujuh kejahatan, termasuk penipuan komputer, konspirasi dan pencurian identitas.
Serangan-serangan cyber itu diduga dilakukan oleh Institut Mabna di Iran, yang didirikan oleh dua orang yang termasuk sekelompok tertuduh di hari Jumat kemarin, dan secara khusus fokus memberi keunggulan kompetitif bagi industri Iran.
“Aktivitas kejam Lembaga Mabna membuat mereka lebih sulit untuk melakukan bisnis,” kata Jaksa AS untuk Distrik Selatan New York, Geoffrey Berman.
“Selain itu, kami bekerja dengan lembaga penegak hukum asing dan memberikan informasi kepada sektor swasta untuk membantu melumpuhkan infrastruktur peretas Mabna.”
Dakwaan itu juga menjabarkan sanksi ekonomi baru yang ditujukan pada sembilan individu dan juga Institut Mabna yang berbasis di Shiraz.
“Para terdakwa sekarang buron dari pengadilan. Ada lebih dari 100 negara di mana mereka tidak dapat melakukan perjalanan tanpa takut ditangkap dan diekstradisi,” kata Berman.
“Dan, berkat Departemen Keuangan, para terdakwa akan sulit untuk terlibat dalam transaksi bisnis atau keuangan di luar Iran.”
TV Pemerintah Iran Tayangkan Berita Turki Gunakan Senjata Kimia di Suriah
Tuduhan ini muncul pada periode di mana AS tampaknya mengambil langkah menuju sikap yang lebih hawkish terhadap Iran.
Pada hari Kamis, Presiden AS Donald Trump mengumumkan ia akan menggantikan Penasihat Keamanan Nasional HR McMaster dengan John Bolton, mantan duta besar AS untuk PBB yang telah mendorong penggunaan kekuatan terhadap Iran.
Pekan lalu, Trump juga melepaskan Rex Tillerson sebagai sekretaris kenegaraannya, menunjuk Direktur CIA Mike Pompeo sebagai penggantinya.
Pompeo, seperti Bolton dan Trump, dipandang sangat kritis terhadap Iran.