RIYADH (Jurnalislam.com) – Kelompok oposisi Suriah yang bertemu di Arab Saudi telah memperbarui permintaan mereka untuk menghapus Bashar al-Assad dalam rancangan resolusi yang diperoleh Al Jazeera, Rabu (22/11/2017).
Kelompok tersebut mengatakan bahwa solusi untuk perang di Suriah hanya dapat dicapai dengan tidak menyertakan Assad pada awal masa transisi – sebuah sikap yang dipertahankan oleh oposisi Suriah sejak awal perang, yang sekarang berada di tahun ketujuh.
“Para peserta sepakat bahwa tujuan penyelesaian politik adalah untuk menetapkan sebuah negara berdasarkan asas kewarganegaraan, yang memungkinkan warga Suriah merancang konstitusi mereka tanpa gangguan dan untuk memilih pemimpin mereka melalui pemilihan yang bebas, adil dan transparan di mana rakyat Suriah berpartisipasi di dalam dan di luar Suriah di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa,” isi rancangan resolusi tersebut.
KTT 140 anggota aliansi oposisi di Riyadh dimulai pada hari Rabu dan diperkirakan berlangsung selama dua hari.
Tuntutan yang dibuat dalam rancangan resolusi tersebut adalah pengulangan komunike 2012 yang dirumuskan pada putaran pertama perundingan di Jenewa, Swiss.
Perundingan Damai Suriah Mencapai Titik Kritis
Komunike tersebut menetapkan bahwa sebuah badan pemerintahan transisi “dapat mencakup anggota pemerintah yang sekarang bersama oposisi dan kelompok lainnya, dan harus dibentuk atas dasar persetujuan bersama”, namun tidak disebutkan secara spesifik mengenai siapa sebenarnya anggota pemerintahan saat ini yang masih boleh tetap menjabat.
Walaupun pemerintah Suriah mengatakan bahwa mereka akan mematuhi semua resolusi PBB yang mengkonfirmasi perlunya sebuah pemerintahan transisi, namun tampak samar-samar bahwa transisi menjadi titik akhir dalam negosiasi.
Mencapai transisi politik di negara ini telah lama dianggap sebagai bagian paling menantang dari upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mengakhiri perang yang dimulai pada tahun 2011 setelah sebuah aksi damai menuntut turunnya Assad, di tengah pergerakan yang meluas di dunia Arab.
Pemerintah Suriah menolak upaya pengunduran diri Assad.
Arab Saudi, pendukung oposisi Suriah, mengatakan bahwa tujuan konferensi “yang diperluas” adalah untuk menyatukan kelompok-kelompok menjelang perundingan putaran berikutnya di Jenewa pada tanggal 28 November.
High Negotiations Committe (HNC), blok oposisi terbesar, dengan jelas menolak Assad, sedangkan kelompok oposisi lainnya memiliki sikap yang lebih lembut.
Karena perbedaan antara kelompok tersebut, mereka sebelumnya menolak masuk ke dalam negosiasi sebagai satu kesatuan.
Namun menurut rancangan resolusi tersebut, “para peserta sepakat untuk membentuk delegasi negosiasi tunggal dalam strukturnya, bersatu dalam posisi dan rujukannya, dengan tujuan untuk bernegosiasi dengan perwakilan rezim …”
Kepala HNC selama dua tahun terakhir, Riyad Hijab, mengundurkan diri pada hari Senin menjelang pertemuan Riyadh.
Analis politik yang dekat dengan oposisi Suriah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa langkah Hijab didorong oleh usaha untuk menyatukan oposisi meskipun ada perselisihan yang mencolok antara mereka dalam perjalanan ke depan.