KASHMIR (Jurnalislam.com) – Penyerang melepaskan tembakan di sebuah kamp paramiliter di Kashmir India, menurut juru bicara militer, menewaskan seorang serdadu penjaga perbatasan dan melukai beberapa lainnya, Aljazeera melaporkan, Ahad (02/10/2016).
Menurut laporan, yang diserang pada hari Ahad malam itu adalah kamp militer 46 Rashtriya Rifles di distrik Baramulla Kashmir.
Insiden hari Ahad terjadi hanya beberapa hari setelah pasukan dari India dan Pakistan terlibat dalam baku tembak di perbatasan de facto yang membagi lembah Kashmir.
“Militan menembaki sebuah kamp militer di kota Baramulla,” kata Kolonel Rajesh Kalia kepada kantor berita AFP, Ahad.
“Baku tembak antara tentara dan penyerang masih berlangsung.”
Seorang pejabat menegaskan bahwa seorang tentara tewas dalam serangan itu.
“Salah satu personil BSF tewas dan satu lainnya luka-luka ketika militan mencoba memasuki sebuah kamp militer,” kata Inspektur Polisi lokal Imtiyaz Hussein.
Kamp ini terletak sekitar 54 km dari Srinagar, ibukota Kashmir India.
Ketegangan antara kedua negara tetangga telah meningkat menyusul serangan Uri di sisi India dari perbatasan Kashmir bulan lalu di mana 17 tentara India tewas.
India kemudian mengaku telah melakukan “serangan bedah” di seberang perbatasan yang diberhentikan tentara Pakistan sebagai “ilusi”.
Sementara itu, Menteri Pertahanan India mengatakan dibutuhkan “beberapa hari” untuk menjamin pembebasan seorang tentara yang ditangkap setelah ia “tidak sengaja” menyeberang ke sisi Pakistan dari perbatasan Kashmir.
“Dia telah sampai di seberang, yaitu di daerah perbatasan. Ada mekanisme khusus melalui Direktur Jenderal Operasi Militer yang telah diaktifkan,” menteri seperti dikutip oleh kantor berita PTI.
“Karena situasi sekarang tegang, dibutuhkan beberapa hari untuk memulangkan tentara itu kembali.”
Ketegangan meningkat antara dua rival bersenjata nuklir setelah protes mematikan berminggu-minggu di Kashmir.
Lebih dari 80 warga sipil Muslim Kashmir telah tewas, sebagian besar dalam bentrokan dengan pasukan India selama protes terhadap kekuasaan India, yang merupakan kekerasan terburuk di kawasan itu sejak 2010.