- Tragedi Bi’ir Ma’unah
Peristiwa Bi’ir Ma’unah terjadi pada bulan Shafar tahun 4 H selang beberapa saat setelah tragedi Ar Raji’. Diceritakan dalam Hayat Muhammad karya M Husain Haikal pada waktu itu Rasulullah saw menawarkan keislaman kepada Abu Bara’ Amr bin Malik. Namun Abu Bara’menolak dengan halus. Kemudian ia menawarkan kepada Rasulullah ﷺ agar mengutus sahabatnya ke Najd untuk mengajak kaum Najd memeluk Islam. Atas jaminan dari Abu Bara’ Rasulullah ﷺ kemudian mengutus Al Mundhir bin Amr dari Bani Sa’idah beserta 40 sahabat pilihan menuju Najd.
Ketika sampai di Bi’ir Ma’unah Para utusan berhenti dan mengutus Haram bin Milhan membawa dari Rasulullah kepada Amir bin Thufail. Namun surat itu tidak dibaca Amr, bahkan Amr membunuh Haram bin Milhan. Kemudian Amir bin Thufail meminta bantuan kabilah Bani Amir yang akhirnya ditolaknya karena ada jaminan perlindungan (suaka) dari Abu Bara’. Amir Bin Thufail kemudian mengajak kabilah Bani Sulaim dan mendapat sambutan. Pecahlah pertempuran antara Amir dan sekutunya dengan utusan Rasululah, akhirnya semua utusan terbunuh kecuali Ka’ab bin Zaid bin an-Najjar walaupun terluka dan bergelimpangan bersama jasad-jasad lain. Dia hidup hingga gugur pada peristiwa perang Khandak.
Pada pertempuran ini terbunuh pula ketua utusan Mundzir bin Uqbah bin Aamir sedangkan Amr bin Amiah adh-Dhamari ditawan. Ketika tahu bahwa Amr dari kabilah Mudhar, Aamir memotong rambut dahinya (jambulnya) dan membebaskannya dengan jaminan yang ada pada Amiah.
Amr bin Amiahpun kembali ke Madinah. Ketika sampai di Qorqorah di Sodr Qonaah (nama tempat) dia berteduh di sebuah pohon. Pada saat yang sama datanglah dua orang dari Bani Kilaab turut berteduh bersamanya. Manakala kedua orang dari bani Kilaab tertidur, Amr membunuh keduanya. Amr merasa sedikit telah membalaskan apa yang telah dilakukan terhadap para sahabatnya. Tetapi ayalnya, ternyata kedua orang yang dibunuh itu telah memiliki perjanjian dengan Rasulullah ﷺ, dan dia tidak menyadarinya. Ketika sampai di Madinah Amr mengabarkan apa yang terjadi kepada Rasulullah saw dan apa yang dia lakukan terhadap dua orang dari Bani Kilaab.
(Mendengar itu) Nabi ﷺ pun bekata, ((لَقَدْ قَتَلْت قَتِيلَيْنِ لَأُودِيَنَّهُمَا))
“Sungguh engkau telah membunuh dua orang yang harus aku bayar diah (denda) pembunuhan keduanya”.
- Kemenangan Perang Khaibar
Menurut Ibnu Qayim Al Jauziyah dalam Zaadul Maad Sesungguhnya keluarnya Rasulullah ﷺ ke Khaibar adalah di akhir bulan Muharram, bukan permulaannya. Fath (kemenangannya) adalah di bulan Shafar.
Khaibar merupakan lahan subur pertanian yang terletak di utara Madinah. Jaraknya dengan Madinah yaitu delapan barid (sekitar 96 mil/ 154 km). Perkampungan itu dikelilingi benteng-benteng pertahanan yang berlapis-lapis.
Penyebab perang Khaibar adalah karena Yahudi Bani Nadhir—yang setelah terusir dari Madinah lalu menetap di Khaibar—menimbulkan permusuhan melawan umat Islam. Mereka berusaha memprovokasi bangsa Arab untuk melawan Rasulullah ﷺ .
Rasulullah ﷺ lalu mengirimkan 1400 pasukannya untuk menyerang Khaibar dan menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang panglimanya. Meski berjalan alot yang dipenuhi pengepungan, akhirnya benteng-benteng Khaibar dapat ditaklukkan oleh tentara Islam. Penduduk Khaibar menyerah. Mereka menginginkan agar bisa meninggalkan Khaibar meski tidak membawa apa pun kecuali pakaian yang mereka kenakan.
Akhirnya, beliau pun menyetujuinya dan memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya. Perlindungan itu sengaja diberikan oleh Rasulullah untuk menunjukkan beda perlakuan kalangan Islam dan Kristen terhadap pihak yang dikalahkan. Biasanya, pasukan Kristen dari kekaisaran Romawi akan menghancurludeskan kelompok Yahudi yang dikalahkannya.
Tetapi sebagian penduduk Khaibar meminta dispensasi kepada Rasulullah ﷺ untuk tetap menetap di Khaibar guna menggarap lahannya yang subur, dengan bagi hasil sesuai dengan keinginan beliau.
Dengan penaklukan Khaibar, Islam berubah menjadi kekuatan utama di Jazirah Arab. Dan karena kemenangan umat Islam dalam pertempuran ini, kata “Khaibar” sering disebutkan dalam slogan, lagu, atau senjata-senjata buatan orang-orang Islam. Khaibar, Khaibar, Kaibar ya Yahuud! Jaisyu Muhammad Saufa Ya’uud. Ingatlah Khaibar, Khaibar, dan Khaibar Wahai Yahudi! Pasukan Muhammad akan kembali.
- Peristiwa Pengepungan di Khats’am
Peristiwan ini jatuh pada bulan Shafar tahun 9 H. Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka menceritakan: Rasulullah ﷺ mengutus Qutbah bin Aamir dengan dua puluh orang ke distrik dari wilayah Khast’am pinggiran Tabbaalah. Nabi memerintahkannya untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh telah tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak. Qutbah bin Aamir memerangi siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan apapun yang bisa dibawa digiring ke Madinah. Dikisahkan bahwa lawan berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak mereka, tetapi Allah swt mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk bisa sampai kepada para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa menatap hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat menyeberang (Zaadul Maad).
- Masuk Islamnya Bani Udzrah
Bani Udzrah adalah salah satu bani yang mempunyai garis keturunan sampai kepada Qushai salah satu kakek Rasulullah ﷺ. Pada waktu itu datang kepada Rasulullah utusan dari Udzroh pada bulan Shafar, tahun kesembilan sebanyak dua belas orang. Di antaranya Jumroh bin an-Nu’maan. Mereka menyatakan diri memeluk Islam. Rasulullah ﷺ kemudian menceritakan kepada mereka akan datangnya kemenangan atas Syam dan diperanginya Hiraklius hingga akhir imperiumnya.