Upaya Kriminalisasi dan Pembunuhan Terhadap Rasulullah SAW

Upaya Kriminalisasi dan Pembunuhan Terhadap Rasulullah SAW

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ 30

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS Al-Anfal: 30)

Jurnalislam.com – Sepenggal kisah menegangkan di antara perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah SAW dalam rangka tathbiqusy syari’ah (menegakkan hukum Allah) yang terjadi menjelang perjalanan hijrah beliau dari Mekah ke Yatsrib (Madinah). Saat-saat di mana Allah menguji keteguhan iman dengan ancaman pembunuhan dan nyawa yang harus dipersembahkan. Ujian untuk Rasulullah SAW dan para sahabatnya, terutama Ali bin Abi Thalib RA di atas jalan perjuangan.

Sepak terjang dakwah Rasulullah SAW benar-benar telah menjadikan gerah para penguasa yang berkolaborasi dengan para konglomerat Mekah. Bagaimana tidak, rakyat Mekah yang semula biasa dibodohi dengan ajaran-ajaran takhayul, syirik, dan kemunkaran, sekarang sudah tidak bisa lagi diperlakukan demikian. Penjajahan ideologi dan ekonomi yang melahirkan tindak kezaliman dan ketidakadilan terhadap orang-orang lemah di Mekah tidak lagi bisa mereka lakukan. Sekarang rakyat sudah tercerahkan dan terdidik. Mereka sudah tahu mana yang hak dan mana yang batil, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana ideologi yang benar-benar hendak menjadikan kehidupan mereka lebih baik dan mana yang sekedar menipu untuk menindas mereka demi kepentingan dunia para penguasa dan konglomerat, mana ideologi yang benar-benar mengangkat nilai-nilai keadilan dan memberantas kezaliman dan mana ideologi yang malah akan menyuburkan kezaliman. Berjalan sekitar 13 tahun, dakwah Rasulullah SAW di Mekah telah membuahkan hasil.

Di lain pihak, orang-orang musyrik Mekah yang panik akan perubahan situasi tersebut berkumpul di Darun Nadwah -tempat mereka biasa berkumpul untuk membahas perkembangan situasi politik terkini di Mekah-. Dan tentunya, di tempat itulah terjadi kesepakatan-kesepakatan politik masing-masing pihak antara penguasa dan konglomerat sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing.

Demikianlah, mereka berkumpul di Darun Nadwah memikirkan tentang apa yang harus dilakukan terhadap Muhammad SAW yang mereka anggap telah “mengacak-acak” kenyamanan hidup dan empuknya kursi kekuasaan yang selama ini mereka nikmati. Apakah mereka biarkan beliau tetap ada di Mekah dengan dipenjara? Apakah dibunuh sehingga mereka bisa istirahat dari sepak terjangnya? Atau apakah diusir saja dari Mekah sehingga tidak berbuat “makar” di sana? Masing-masing orang ketika itu memiliki pendapat masing-masing, akan tetapi akhirnya mereka sepakat pada satu pendapat yang diusulkan oleh Iblis yang menyamar menjadi sosok orang tua dari Nejed yang disepakati oleh Abu Jahal -sang pemimpin Quraisy setelah meninggalnya Abu Thalib-, paman Rasulullah SAW. Usulan tersebut adalah masing-masing kabilah Quraisy mengirimkan seorang pemudanya lengkap dengan pedang terhunus lalu secara bersama-sama membunuh Nabi SAW dengan sekali tusukan agar tanggung jawab pembunuhan tersebut tersebar pada seluruh kabilah Quraisy. Dengan demikian, Bani Hasyim, kabilah yang selama ini melindungi perjuangan Nabi SAW dalam menegakkan hukum Allah tidak akan mampu menuntut balas melawan seluruh kabilah dan akan menerima tebusan saja sebagai denda atas dosa pembunuhan tersebut.

Rencana jahat tersebut mereka jalankan. Pada malam yang telah disepakati, mereka mengepung rumah Nabi SAW dan bersiap-siap menusukkan pedang mereka masing-masing jika beliau bangun tidur. Namun Allah SWT Maha Hidup lagi Maha Mengawasi. Allah tidak rela utusan-Nya dicederai dan agama-Nya dibungkam. Bagaimana pun canggih dan hebatnya rencana jahat mereka, Allah mampu menggagalkan semuanya. Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW tentang apa yang akan terjadi sehingga beliau mengatur rencana agar bisa lolos dari kepungan mereka. Beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib RA agar menggantikan beliau tidur di tempat tidur beliau sehingga mereka menganggap Nabi SAW masih tidur di kamarnya. Dan pada waktunya, beliau SAW keluar dari rumah tanpa mampu dilihat oleh seorang pun di antara mereka karena Allah telah menjadikan mata mereka buta dari melihat beliau. Beliau keluar rumah lalu menaburkan pasir ke kepala mereka.

Ketika para pemuda tersebut telah lama menunggu karena menganggap Nabi SAW masih tidur, datanglah seseorang sambil berkata, “Celaka kalian, Muhammad sudah keluar dan menaburkan pasir ke kepala kalian”. Rupanya dia adalah Iblis yang sedang menyamar menjadi manusia memperingatkan mereka. Benar saja, mereka mendapati pasir di kepala mereka masing-masing yang menandakan bahwa ucapan orang itu benar. Mereka melihat ke kamar Rasulullah SAW dan mendapati ternyata yang tidur di ranjang beliau adalah Ali bin Abi Thalib RA. Mengetahui ternyata yang tidur tersebut adalah Ali, mereka tidak jadi menusukkan pedang mereka karena Ali bukan target mereka. Rencana jahat mereka telah Allah jadikan gagal total.

Demikianlah, Allah SWT menolong Rasul-Nya dari kejahatan musuh-musuhnya. Beliau berangkat hijrah ke Madinah dengan selamat ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq RA walaupun sempat diburu oleh tokoh-tokoh Quraisy Mekah dengan sayembara 100 ekor unta bagi siapa saja yang bisa menangkap beliau dalam keadaan hidup atau mati. Allah SWT berfirman,

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ 54

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran: 54)

Di Madinah Allah SWT mengokohkan kekuasaan untuk beliau dengan kaum Muhajirin dan Anshar. Sejak saat itu dakwah dan jihad Rasulullah SAW dalam rangka membumikan ajaran Allah di muka bumi terus menerus mendapatkan kemenangan sampai puncaknya ketika Mekah berhasil ditaklukkan di bawah kekuasaan Islam pada tahun 8 Hijriyah. Ketika itu, 2000 orang penduduk Mekah masuk Islam dengan berbondong-bondong setelah sebelumnya menolak, bahkan sampai memerangi beliau sehingga beliau pergi meninggalkan Mekah dalam keadaan takut ditangkap oleh mereka. Allah SWT menurunkan surat An-Nashr menggambarkan suasa ketika hari penaklukan tersebut.

إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجٗا ٢ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS An-Nashr: 1-3)

 

Pelajaran Yang Bisa Diambil:

  1. Musuh-musuh Islam akan senantiasa memikirkan cara apa saja untuk membungkam dakwah Islam.
  2. Mereka tidak segan-segan menghabisi siapa saja yang mendakwahkan Islam karena mereka tidak ingin kezaliman mereka ada yang menghentikannya.
  3. Penolong orang-orang mukmin hanyalah Allah, oleh karena itu tidak boleh bergantung pada siapa pun selain Allah.
  4. Hanya ideologi Islam yang benar-benar mampu mendatangkan keadilan, kebaikan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat tanpa penindasan, penipuan dan penjajahan.
  5. Orang-orang mukmin wajib berjuang menegakkan hukum Allah dan bersabar atas ujian-ujian yang menimpa karenanya.
  6. Istiqomah dan kesabaran adalah kunci datangnya pertolongan Allah.
  7. Kemenangan akan berakhir di tangan orang-orang mukmin dengan pertolongan Allah dan kekalahan serta kerugian hanya akan diderita oleh orang-orang kafir.
  8. Puncak perjuangan Islam adalah tegaknya hukum Allah di muka bumi ini.

Bersiap-siaplah menyambut kemenangan Islam di negeri ini dengan berjamaah, istiqomah, dan kesabaran, isya Allah.

Wallahu a’lam bishshowab.

Penulis: Ustadz Abu Hamzah

Bagikan