GAZA (jurnalislam.com)โ Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengungkapkan bahwa sedikitnya 50.000 anak Palestina di Gaza telah terbunuh atau terluka sejak dimulainya agresi militer Israel pada Oktober 2023.
Dalam pernyataan resmi melalui akun media sosial X pada Senin (2/6/2025), UNRWA menyebut bahwa warga sipil termasuk anak-anak, pekerja kemanusiaan, tenaga medis, dan jurnalis terus menjadi korban di tengah serangan Israel yang brutal dan tanpa pandang bulu.
Pernyataan ini dirilis bersamaan dengan perintah Kepala Staf Militer Israel, Herzi Halevi, untuk memperluas operasi militer di wilayah utara dan selatan Jalur Gaza. Militer Israel berdalih operasi ini bertujuan untuk โmenciptakan kondisi bagi pemulangan sandera dan mengalahkan Hamasโ. Namun, kelompok-kelompok hak asasi manusia menilai langkah tersebut justru memperparah penderitaan warga sipil dan menambah jumlah korban jiwa.
๐ฃ๐ฒ๐ป๐๐ฎ๐น๐๐ฟ๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐ป๐๐๐ฎ๐ป ๐ง๐ฒ๐ฟ๐ต๐ฎ๐บ๐ฏ๐ฎ๐, ๐ฅ๐ฎ๐ธ๐๐ฎ๐ ๐๐ฎ๐๐ฎ ๐ง๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐ป๐ฐ๐ฎ๐บ ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐ฝ๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐ป
Meski Israel mengklaim telah mendirikan pusat distribusi bantuan kemanusiaan yang baru, berbagai organisasi internasional mengkritik langkah ini sebagai langkah tidak efektif dan eksklusif. Pasalnya, penutupan penyeberangan perbatasan oleh Israel selama lebih dari 90 hari telah mendorong 2,4 juta penduduk Gaza ke jurang kelaparan.
Upaya distribusi bantuan melalui mekanisme baru yang disebut โYayasan Kemanusiaan Gaza (GHF)โ didukung oleh Israel dan Amerika Serikat juga menuai kritik tajam. Banyak badan PBB meragukan kredibilitas dan legalitas lembaga tersebut, terlebih karena sejumlah operasi bantuan di โzona amanโ justru berakhir dengan kekacauan dan penembakan mematikan oleh tentara Israel.
Pada Ahad (1/6), pasukan Israel menembaki kerumunan warga yang sedang mengantre bantuan di Rafah, menewaskan 32 orang dan melukai lebih dari 250 lainnya, menurut laporan Kantor Media Pemerintah Gaza. Di hari yang sama, tiga warga, termasuk seorang anak berkebutuhan khusus, tewas akibat tembakan artileri di wilayah al-Mawasi, barat Khan Younis.
Serangan lainnya menghancurkan fasilitas penting seperti klinik dialisis di Gaza utara dan melukai puluhan warga sipil di wilayah tengah.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 37 warga Palestina tewas dan 136 lainnya terluka hanya dalam 24 jam terakhir. Banyak korban yang masih tertimbun reruntuhan, sementara tim penyelamat kesulitan menjangkau lokasi-lokasi terdampak.
๐๐ฟ๐ถ๐๐ถ๐ ๐๐ฒ๐๐ฒ๐ต๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ ๐ฒ๐ป๐๐ฎ๐น ๐๐ป๐ฎ๐ธ-๐๐ป๐ฎ๐ธ ๐๐ฎ๐๐ฎ
Selain luka fisik, Gaza kini menghadapi darurat kesehatan mental, terutama di kalangan anak-anak. Studi terbaru dari Gaza Community Mental Health Programme menunjukkan bahwa 70 persen anak-anak pengungsi mengalami gejala PTSD, kecemasan, dan depresi.
Salah satu contohnya adalah Lana Khalil Sharif (10), yang mengalami vitiligo dan rambut beruban dini akibat trauma setelah selamat dari serangan udara.
โDokter mengatakan kondisi anak saya disebabkan oleh tekanan psikologis berat,โ ungkap ibunya kepada The New Arab.
Kasus lain menimpa Malak Ahmed (6), penyandang autisme yang kehilangan ayahnya dalam serangan di Nuseirat. Kini, Malak mengalami komplikasi kesehatan serius dan memerlukan perawatan medis yang tidak tersedia di Gaza.
Anak-anak yang selamat kerap menjadi yatim piatu dan mengalami trauma mendalam. Seperti Jude Abu Saleh (4), yang kini menderita mimpi buruk, serangan panik, dan kecemasan parah setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam pengeboman.
Dokter di Gaza juga melaporkan munculnya penyakit misterius di kalangan anak-anak, termasuk kasus Rahaf Ayad (10) yang mengalami penurunan berat badan drastis hingga tidak mampu bergerak. Minimnya fasilitas kesehatan membuat diagnosis dan pengobatan menjadi sangat terbatas.
๐๐ฎ๐๐ถ๐น๐ถ๐๐ฎ๐ ๐ ๐ฒ๐ฑ๐ถ๐ ๐๐๐บ๐ฝ๐๐ต ๐ง๐ผ๐๐ฎ๐น
Agresi Israel telah menghancurkan hampir seluruh sistem kesehatan di Gaza. Hingga saat ini, 38 rumah sakit hancur, 81 pusat kesehatan ditutup, dan lebih dari 160 klinik tidak dapat beroperasi. Sejak Maret lalu, tidak ada suplai obat, bahan bakar, maupun makanan yang diizinkan masuk ke wilayah ini.
Dr. Amal Abu Abada, Direktur Pusat Komunitas Kesehatan Mental Gaza, menyebut bahwa anak-anak kini hidup dalam ketakutan kronis yang terus-menerus.
โSemakin besar ketakutan, semakin buruk pula kondisi kesehatan mereka,โ tegasnya. (Bahry)
Sumber: TNA