YOGYAKARTA (Jurnalislam.com) – Dai kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) mengungkapkan alasan dirinya mengunggah daftar riwayat hidup atau Curriculum Vitae (CV) melalui akun Instagram pribadinya. UAS mengatakan, CV itu diunggah supaya orang tidak salah menilai dirinya.
“Supaya orang tidak salah nilai, tidak keliru, kan kalau orang terus termakan isu kan kasian. Dia akan terus keliru. Orang keliru bicara berawal dari keliru mendengar, keliru melihat, keliru berpikir. Kalau menurut logika Al-Qur’an, dengar dulu, lihat, renungkan, Jika salah lihat, salah dengar, salah renung, salah berpikir, salah ngomong,” katanya dalam wawancara di program Fakta TvOne di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
“Makanya saya kasih lihat CV saya, kalau dia gagal paham kita kasih paham. Yang susah itu kalau kita menghadapi orang yang cari makanya dari gagal paham,” paparnya.
UAS kerap mendapat penolakan dari pihak-pihak yang ia sebut ‘gagal paham’ itu. Yang terakhir, agendanya mengisi kuliah umum di Universitas Gadjah Mada (UGM) urung dilakukan karena ditolak pihak rektorat. Masih di Jawa Tengah, UAS juga ditolak mengisi tabligh akbar di pesantren berkebutuhan khusus Al-Achsaniyyah Kudus. Alasannya beragam, dari mulai acara yang tidak sesuai dengan kegiatan akademik sampai tudingan UAS terpapar radikalisme.
“Jadi radikal itu sekarang seperti label, kita tempelkan ke orang yang kita tidak suka untuk membunuh karakter dia. Ini kalau dalam Bahasa Arab namanya mantiq thufuli (logika anak kecil). Anak kecil itu kalau dia benci maka dia gunakan kata yang sama dia ulang berkali-kali untuk memberikan label bahwa saya tidak suka ini. jadi kita tidak pernah dewasa, padahal kita sudah merdeka 74 tahun,” kata UAS.
Padahal, menurut dai lulusan Universitas Al-Azhar Kairo ini, radikalisme adalah cara-cara kekerasan yang digunakan untuk merubah situasi sosial. “Jadi pada zaman Belanda dulu semua pejuang kita itu radikal di mata Belanda,” imbuhnya.
Kendati demikian, UAS tidak pernah memaksakan diri untuk melanjutkan agenda ceramah jika ada penolakan. Ia lebih memilih mendoakan dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT.
“Kalau kemudian kita marah-marah, masalah tidak akan selesai. Kalau saya marah satu kali, umat akan marah tiga kali. Sekali hentakan gelombangnya itu luar biasa. Maka kita serahkan kepada Allah setelah ada ikhtiar,” tuturnya.
“Mudah-mudahan panitia-panitianya tetap bangkit semangatnya, tidak down. Tidak hanya karena batal lantas mereka yang sudah berhijrah itu kembali lagi ke kebiasan buruknya,’ sambung UAS.
Ia pun berkelakar, seandainya ada orang yang tidak jadi berbuat baik karena agenda ceramahnya ditolak dan dibatalkan, maka dirinya hanya mendapat dosa lima persen. Sementara 85 persen dosa ditanggung oleh mereka yang menolak agenda ceramahnya.
“Saya mungkin hanya mendapat 5 persen dosanya, yang 85 persen itu yang batalin itu,” ujar UAS.