DAMASKUS (jurnalislam.com)– Pemerintah Suriah mengumumkan penutupan kamp pengungsian Rukban, kamp yang selama bertahun-tahun menjadi tempat pelarian ribuan warga sipil dari kekejaman rezim Bashar al-Assad. Ribuan keluarga yang sebelumnya tertahan di gurun tanpa akses bantuan kini telah kembali ke kampung halaman mereka.
Menteri Informasi Suriah, Hamza al-Mustafa, menyampaikan bahwa pembongkaran kamp tersebut menjadi akhir dari babak kelam dalam sejarah bangsa Suriah.
“Rukban bukan sekadar kamp, melainkan segitiga kematian yang menjadi saksi kekejaman pengepungan dan kelaparan. Kisah tragis ini kini telah usai,” tulis al-Mustafa di akun X, Sabtu (7/6).
Kamp Rukban didirikan pada tahun 2014, di perbatasan gurun antara Suriah dan Yordania, sebagai tempat perlindungan bagi warga sipil yang melarikan diri dari pemboman dan serangan brutal rezim Assad. Kamp ini berada di zona dekonflik yang dikuasai pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat dan menjadi simbol penderitaan rakyat sipil akibat kebijakan penyiksaan massal, pengepungan, dan pemblokiran bantuan kemanusiaan.
Selama bertahun-tahun, kamp ini terisolasi. Bantuan kemanusiaan sulit masuk akibat blokade, sementara kondisi kehidupan di dalam kamp sangat memprihatinkan. Ribuan pengungsi bertahan hidup dengan makanan yang diselundupkan dengan harga tinggi, tinggal di gubuk lumpur tanpa fasilitas dasar.
Situasi mulai berubah setelah rezim Assad digulingkan oleh pasukan loyalis Ahmed al-Sharaa pada Desember lalu. Pemerintah baru segera membuka jalan pemulangan dan reintegrasi warga yang terpaksa hidup dalam pengungsian akibat kekejaman masa lalu.
“Kami kembali dengan hati penuh harapan, meski rumah kami hancur dan hidup dalam kekurangan. Namun tetap saja, pulang ke rumah rasanya seperti berada di istana,” ujar Yasmine al-Salah, pengungsi yang kembali ke kampung halamannya di al-Qaryatan, provinsi Homs.
Pemerintahan Presiden Ahmed al-Sharaa kini bertekad memulihkan Suriah dan memulangkan para pengungsi yang selama ini terlantar akibat konflik dan penindasan. Dukungan dari dunia internasional terus mengalir, termasuk dari Amerika Serikat dan Uni Eropa yang mencabut sanksi terhadap Damaskus untuk membuka jalan pemulihan ekonomi.
Menteri untuk Situasi Darurat dan Bencana, Raed al-Saleh, menyebut penutupan kamp Rukban sebagai akhir dari salah satu krisis kemanusiaan paling memilukan dalam sejarah Suriah.
“Kami berharap ini menjadi langkah awal untuk mengakhiri penderitaan di kamp-kamp lainnya, dan membawa rakyat kami pulang dengan aman dan bermartabat,” ungkapnya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mencatat bahwa lebih dari 1,8 juta warga Suriah telah kembali ke rumah mereka sejak kejatuhan rezim Assad. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera