JAKARTA(Jurnalislam.com)— Majelis Ulama Indonesia kembali melakukan pantauan tayangan program Ramadan di televisi pada 2022. Pantauan yang melibatkan 32 pemantau tersebut dilakukan terhadap 19 stasiun televisi.
Kesembilan belas televisi tersebut yaitu An-TV, Badar TV, Global TV, Indosiar, Inews TV, Inspira TV, Kompas TV, Mentari TV, Metro-TV, MNC TV, Net TV, Nusantara-TV, RCTI, RTV, SCTV, Trans-TV, Trans7, TVOne, dan TVRI.
Ketua Tim Pemantau, Tantan Hermansyah, mengatakan terjadi peningkatan kualitas produk siaran selama Ramadan 2022 ini. Dia mengatakan, meningkatnya kualitas produk ini terlihat pada semakin minimnya indikasi pelanggaran yang terdapat dalam tayangan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dia mengatakan pemantau MUI menemukan banyak program di stasiun tv yang layak diapresiasi selaras dengan upaya menjaga kondusivitas kesucian Ramadan.
Dia antara program tersebut adalah Gaspoll Sahur, Tanya Buya Yahya- (Metro TV), Islam Itu Indah (Trans TV), Muslim Travellers, (NetTV), Serambi Islami Ramadhan, (TVRI), Waktunya Sahur, (Kompas TV), Keluargaku Surgaku, (Indosiar), dan Sinetron Amanah Wali dan Aku Bukan Ustadz (RCTI).
Selain itu pula, ada cahaya Ramadhan (MNC TV), Mutiara Hati (SCTV), Ngopi Ramadhan, Indahnya Ramadhan Bersama UAS & SAHABAT (TVOne), Saba Masjid (Inspira) Rindu Suara Adzan (GlobalTV), Ramadan Mengaji, Lentera Islam (BadarTV).
Kendati demikian, kata Tantan, banyak juga realitas siaran program Ramadan yang masih melakukan indikasi pelanggaran dan atau ketidak patutan terutama dalam tiga hal yaitu aAdegan kekerasan fisik dan verbal (verbal aggressiveness), tendensi sensualitas, dan problem Kepatutan etis dan kelaikan syariat.
Dia mengatakan, pihaknya menyampaikan tiga rekomendasi untuk lembaga penyiaran yaitu pertama, bagi lembaga penyiaran, segera membenahi isi siaran yang terdapat indikasi pelanggaran atau pun ketidakpatutan.
“Beberapa hal yang harus diperbaiki untuk 15 hari Ramadan terakhir dan juga mungkin Ramadan di tahun-tahun mendatang,” kata dia.
Rekomendasi kedua, Progam komedi Ramadan banyak yang ikut terjebak pada genre slapstic, dan improvisasi situasional harus dievaluasi dengan optimal. Dialog yang merendahkan lawan main, mengolok, merendahkan harus diperbaikai untuk tidak dilakukan lagi.
“Siaran Ramadan jangan sampai terjerumus pada genre slapstik agresif, offensive dan mengumbar sensualitas,” kata dia mengingatkan.
Rekomendasi yang ketiga adalah kolaborasi dengan MUI dalam mengevaluasi kualitas produk siaran khusus Ramadan.
Tantan menambahkan selain rekomendasi untuk lembaga penyiaran, pihaknya juga menyampaikan rekomendasi khusus untuk KPI. Yaitu memperkuat kolaborasi antara MUI dengan KPI dalam peningkatan kualitas siaran Ramadan.
Hal ini, kata dia, antara lain dengan mendorong penegakkan regulasi, terutama di program dan stasiun tv yang menyiarkan isi siaran Ramadan yang bertentangan dengan aturan dan asas kepatutan.
Kedua, menindaklanjuti masukan-masukan dari MUI untuk dikomunikasikan dengan lembaga penyiaran tertuma yang memiliki tayangan yang bertentangan dengan spirit Ramadan. “Terutama dengan prioritas pada sejumlah stasiun tv yang kesalahannya berulang setiap Ramadan,” ujar dia.
Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran KPI, Mimah Susanti, menyatakan perbaikan kualitas tayangan Ramadan dirasakan pula KPI. Data dari KPI menyebutkan kecenderungan pelanggaran menurun dari tahun ke tahun pada 10 hari pertama Ramadan.
Dia menyebut pada 2020 terdapat 26 pengaduan penyiaran, sementara pada 2021 menurun menjadi 20 pengaduan dan pada 2022 ada enam. Dari total 108 program Ramadan, variety show pada hari pertama mendapat lima pengaduan dan sinetron satu pengaduan.
Mimah menambahkan aduan terkait muatan norma kesopanan dan kesusilaan, perilaku tidak pantas, dan candaan body shaming. “Frekeunsi memang ga banyak tapi jadi catatan kita,” kata dia.
Mimah mengapresiasi komitmen lembaga penyiaran dan berharap atmosfer ini bisa terus dipertahankan hingga akhir Ramadan. (mui)