GAZA (jurnalislam.com)- Militer Israel mengklaim telah melancarkan 250 serangan di Jalur Gaza dalam kurun waktu 48 jam terakhir hingga Sabtu (12/7/2025), di tengah terus bergulirnya rencana kontroversial untuk menggusur dan mengusir paksa jutaan warga Palestina dari wilayah tersebut.
Awal pekan ini, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan rencana pembangunan sebuah “kota kemanusiaan” yang disebut akan menampung sekitar 2,1 juta warga Palestina di atas reruntuhan Rafah, kota di Gaza selatan yang kini hampir sepenuhnya hancur akibat agresi militer Israel.
Rencana tersebut menuai kecaman luas. Warga Palestina menolak keras gagasan tersebut, menyatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan tanah kelahiran mereka. Sejumlah organisasi hak asasi manusia, lembaga internasional, dan negara-negara dunia menilai rencana itu sebagai bentuk “pembersihan etnis” dan pengusiran paksa terhadap sebuah populasi dari wilayah asalnya.
Analis politik senior Israel, Akiva Eldar, mengatakan kepada Al Jazeera pada Sabtu bahwa rencana tersebut membuat banyak warga Israel terkejut dan marah. Ia menyebut gagasan tersebut sebagai “ilegal dan tidak bermoral”.
“Siapa pun yang terlibat dalam proyek menjijikkan ini akan tercatat dalam sejarah sebagai pelaku kejahatan perang,” tegas Eldar.
Ia menambahkan, pesan yang terkandung dalam rencana ini seolah menyiratkan bahwa “antara sungai dan laut, hanya orang Yahudi yang berhak memiliki negara”, merujuk pada wilayah dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania.
Sementara itu, profesor studi Timur Tengah di Universitas Turin, Lorenzo Kamel, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kebijakan pengusiran warga Palestina dan pemusatan mereka ke wilayah tertentu bukanlah hal baru.
“Pada tahun 1948, tepat 77 tahun lalu, sekitar 70.000 warga Palestina diusir dari desa Lydda dalam apa yang dikenal sebagai ‘pawai kematian’. Banyak dari mereka berakhir di Jalur Gaza,” ujarnya.
Kamel menilai bahwa selama beberapa dekade, otoritas Israel telah memaksa warga Palestina untuk tinggal di lokasi-lokasi yang menyerupai kamp konsentrasi, dan kondisi tersebut kian memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
“Rencana untuk mengumpulkan seluruh penduduk Gaza di atas reruntuhan Rafah tidak lain adalah persiapan untuk deportasi massal dari Jalur Gaza,” pungkasnya. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera