Perundingan Astana: Oposisi Suriah Tolak Seruan Rusia untuk Kongres di Laut Hitam

Perundingan Astana: Oposisi Suriah Tolak Seruan Rusia untuk Kongres di Laut Hitam

ASTANA (Jurnalislam.com) – Oposisi Suriah yang menghadiri putaran terakhir perundingan damai di Astana menolak seruan Rusia untuk sebuah kongres di kota resor Sochi di Laut Hitam.

“Kongres Suriah dalam Dialog Nasional” yang diusulkan oleh Moskow selama perundingan dua hari di ibukota Kazakhstan tersebut diharapkan dapat membahas rekonsiliasi antara semua partai yang bertikai, reformasi politik dan membahas konstitusi baru Suriah yang diusulkan, lansir Aljazeera Rabu (1/11/2017).

“Ini adalah tipuan Rusia,” kata Fateh Hassoun yang memimpin delegasi militer oposisi Suriah ke putaran ke-7 perundingan Astana untuk mengakhiri perang Suriah enam tahun.

“Kami tidak mempercayai orang-orang Rusia karena mereka adalah bagian dari perang dan mereka bertempur atas nama rezim di lapangan,” tambahnya.

Pembicaraan Astana dihadiri oleh oposisi Suriah, rezim Suriah, Turki, Iran dan Rusia untuk membahas pelaksanaan kesepakatan masa lalu.

Gagal Capai Kesepakatan, Begini Laporan Perundingan Suriah ke-7 di Astana

Delegasi Rusia mengatakan bahwa konferensi tersebut akan diadakan pada tanggal 18 bulan ini dan dapat diadakan di pangkalan militer Rusia Hmeimim di Latakia atau di Sochi.

Namun oposisi Suriah melaporkan Moskow mencoba mengalihkan dan akhirnya mengendalikan proses perdamaian di Suriah dengan menggeser tempat-tempat dari Jenewa dan Astana ke proses Hmeimim-Sochi yang dikuasai Rusia.

Pemimpin oposisi Suriah Mohamad Alloush mengatakan bahwa konferensi yang diusulkan akan serupa dengan dialog antara rezim dan pihak mereka sendiri.

Ahmad Ramadan, juru bicara Koalisi Nasional Suriah, salah satu kelompok oposisi utama Suriah yang berpartisipasi dalam perundingan tersebut, mengatakan bahwa Koalisi tidak akan berpartisipasi dalam negosiasi apapun dengan rezim di luar Jenewa atau tanpa sponsor PBB.

Perundingan di Astana bagaimanapun, membuat beberapa kemajuan dalam hal membuat Rusia berkomitmen untuk mempertahankan dan memperluas zona de-eskalasi. Oposisi telah bekerja untuk memperkuat kesepakatan mengenai zona de-eskalasi di provinsi Idlib dan di dan sekitar Damaskus.

Namun, isu pertukaran tahanan antara rezim dan oposisi tetap menjadi titik akhir dalam pembicaraan tersebut.

Pihak oposisi berpendapat bahwa mereka berhasil memajukan masalah ini dengan bantuan pemerintah Kazakhstan, delegasi Amerika dan Prancis, namun delegasi Iran menolaknya.

“Iran telah mengelak dan berusaha menghalangi kesepakatan selama perundingan di Astana,” Ayman al-Asemi, anggota dewan militer Pasukan Pembebasan Suriah, mengatakan kepada Al Jazeera.

“Iran berupaya mencegah penyelidikan di masa depan mengenai peran mereka dalam kejahatan perang di Suriah,” tambahnya.

Ahmad Kamel, seorang wartawan Suriah yang berbasis di Prancis dan juga seorang pendukung oposisi, mengatakan bahwa Rusia menginginkan penyerahan sepenuhnya dari oposisi Suriah.

“Mereka praktis mengemas ulang rezim Baath yang sama dengan Presiden Bashar al-Assad,” katanya.

“Yang kami maksudkan adalah kontrol total 100 persen rezim lama yang sama dan tidak fleksibel. Ini akan menjadi pengkhianatan terhadap ratusan dan ribuan korban yang kehilangan nyawa dan rumah mereka.”

Bagikan