YAMAN (Jurnalislam.com) – Pertempuran pecah di utara ibukota Yaman, Sanaa, dan di tengah negara itu, menewaskan lebih dari 20 orang, beberapa jam sebelum berlakunya gencatan senjata untuk memfasilitasi perundingan damai, lansir Aljazeera, Ahad (10/04/2016).
Pertempuran sengit berkobar antara pasukan yang setia kepada Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dan milisi Syiah Houthi di al-Maton, utara Sanaa, warga mengatakan pada hari Ahad.
Di provinsi Bayda pusat, pertempuran di distrik al-Sawadi dan al-Zaher menewaskan lebih dari 20 orang, pejabat lokal dan warga mengatakan, dan pertempuran berlanjut di kota barat daya Taiz.
Namun koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Syiah Houthi selama lebih dari satu tahun mengatakan akan menghormati gencatan senjata yang ditengahi PBB sejak tengah malam (21.00 GMT) pada hari Ahad.
"Koalisi Arab akan menghormati gencatan senjata di Yaman mulai tengah malam hari Ahad atas permintaan Presiden [Abd-Rabbu Mansour] Hadi tetapi berhak untuk membalas setiap serangan pemberontak," katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita AFP.
Pada tanggal 23 Maret, utusan khusus PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan pihak yang bertikai "telah sepakat untuk menghentikan permusuhan nasional yang dimulai 10 April tengah malam sebelum putaran pembicaraan damai mendatang, yang akan berlangsung pada 18 April di Kuwait."
PBB berharap penghentian permusuhan akan menghasilkan gencatan senjata resmi lebih konkret, dengan tindakan membangun kepercayaan.
Ini akan menjadi gencatan senjata keempat sejak 26 Maret tahun lalu ketika koalisi pimpinan Saudi memulai serangan udara untuk mendukung pemerintah Hadi, yang melarikan diri dari serangan Syiah Houthi dan sekutu mereka, pasukan elit yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh.
Gencatan senjata sebelumnya gagal dan negosiasi juga runtuh.
Perang telah menewaskan lebih dari 6.200 orang, menarik kekuatan regional rival Arab Saudi dan Iran serta memicu krisis kemanusiaan di salah satu negara termiskin di dunia Arab.
Di ibukota, yang selama 18 bulan terakhir dikendalikan oleh pemberontak Houthi, warga mengatakan bahwa mereka sangat menginginkan agar upaya damai ini berhasil setelah dua putaran pembicaraan gagal tahun lalu.
"Saya lelah dengan pertempuran, kehancuran, dan semuanya," Hussein Ali, seorang pegawai pemerintah berusia 57-tahun, mengatakan kepada kantor berita Reuters.
"Situasi ini sangat sulit bagi orang-orang. Tanpa pekerjaan, tanpa listrik, tanpa air, dan dengan ketakutan bahwa, setiap saat, pemboman bisa membunuh orang-orang yang kita kasihi."
Hadi bertemu penasihat di Riyadh pada hari Ahad, kata pejabat Yaman.
Mereka mengatakan Houthi belum memberitahu PBB tentang posisi terbaru mereka pada perjanjian untuk menghentikan pertempuran. Seorang juru bicara untuk Houthi tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar.
Deddy | Aljazeera | Reuters | Jurnalislam