ALEPPO (Jurnalislam.com) – Meskipun Rusia pekan lalu menyatakan bahwa rezim Suriah akan menghentikan serangan di Aleppo timur untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan daerah yang terkepung, justru milisi Syiah yang berafiliasi dengan Iran menghalangi mereka melakukan hal itu, menurut sumber-sumber lokal.
“Pasukan Syiah Hizbullah [Lebanon] dan milisi Syiah Al-Nujaba [Irak] ancam warga sipil yang meninggalkan kota,” seorang sumber lokal yang lebih suka anonimitas mengatakan kepada Anadolu Agency.
Diperkirakan 100.000 penduduk kota tetap dikepung oleh rezim Nushairiyah Assad dan sekutunya dalam wilayah seluas sekitar 8,6 kilometer persegi di Aleppo timur.
Sebagian besar dari mereka telah mengalami memburuknya makanan dan kekurangan air sejak rezim Suriah merebut distrik Bab al-Nairab – tempat tangki pasokan air utama – awal bulan ini.
Selama 27 hari terakhir, sekitar 990 warga sipil telah tewas di Aleppo timur dalam serangan udara brutal oleh rezim Suriah dan sekutu milisi, sumber-sumber lokal melaporkan.
“Pasukan rezim Assad dan sekutu mereka yang didukung Iran tidak membiarkan warga sipil pergi,” Ahmed Hammami, seorang komandan lapangan oposisi, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Milisi Syiah dari Iran dan Irak menyebabkan penderitaan yang signifikan untuk warga sipil,” katanya.
“Laki-laki muda yang menjelajah ke wilayah yang dikuasai rezim dipaksa untuk mengangkat senjata dan dikirim ke garis depan untuk melawan,” Hammami menegaskan.
“Sekitar 80 persen dari operasi militer yang dilakukan [di dalam dan di sekitar Aleppo] dilakukan oleh milisi asing,” tambahnya.
“Elemen dari tentara Suriah sangat sedikit,” katanya. “Rezim mengandalkan milisi asing, dimana Iran adalah penyandang dana utama.”
Menurut Hammami, milisi Syiah mengarahkan warga sipil untuk mengosongkan zona tempur di Aleppo untuk menuju daerah di dekatnya.
“Ribuan keluarga baru-baru ini diarahkan ke lingkungan yang dikuasai milisi di Ansari,” katanya kepada Anadolu Agency.
“Kami takut pembantaian bisa dilakukan di lingkungan ini dan dalam kasus serupa,” tambah Hammami.
Ismail Abdullah, seorang penduduk Aleppo, mengatakan kepada Anadolu Agency melalui internet bahwa penduduk kota “tidak dapat menemukan air minum atau makanan untuk makan, sedangkan power supply (aliran listrik) dipotong sejak bulan yang lalu”.