Pemaksaan Atribut Natal adalah Intoleransi

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Senator DKI Jakarta, Fahira Idris, mengatakan, dirinya mendapat ratusan email dan sms dari berbagai daerah yang melaporkan bahwa masih ada perusahaan yang mengharuskan karyawannya untuk mengenakan atribut natal. Sebagaimana diberitakana Islampos, Fahira menambahkan bahwa perintah perusahaan ini diikuti dengan sanksi bagi karyawan yang melanggar.

“Kasihan mereka (para karyawan) yang tidak bisa berbuat apa-apa selain melaksanakan keputusan perusahaan untuk mengenakan atribut natal,” ujar Fahira di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Fahira menegaskan, pemaksaan atribut natal ini adalah bentuk intoleransi karena tidak menghargai hak dan keyakinan agama mereka dan bertentangan dengan pasal 29 UUD 1945.

Bagi Fahira, selama ini yang terjadi justru pemutarbalikan isu di mana umat muslim yang menolak mengenakan atribut natal dianggap tidak toleran.

Padahal, menurutnya, toleransi itu adalah, kita menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan selama tindakan itu tidak menyimpang dari aturan baik hukum maupun agama.

Fahira Juga meminta masyarakat untuk bertindak aktif dengan menghubungi sms center pengaduan atribut Natal bagi karyawan muslim dengan nomor 0818430086 dan lewat email fahiraidris@gmail.com serta twitter @fahiraidris.

Senada dengan Fahira, Direktur eksekutif  Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Adnin Armas menyayangkan masih adanya pemaksaan atribut Natal terhadap karyawan muslim.

“Kita semakin mundur dalam memahami toleransi, tidak memakai atribut Natal kok dianggap tidak toleran?” ujarnya di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Ia berpendapat, terlalu naif jika toleransi hanya diukur melalui pemakaian atribut Natal. Padahal, sikap toleransi terwujud dengan adanya perbedaan yang dihargai dan dihormati, bukan dicampuradukkan.

“Pemaksaan atribut Natal terhadap karyawan muslim adalah pembodohan,” tegasnya.

Adnin juga mendesak perusahaan-perusahaan yang melakukan pemaksaan untuk mencabut aturan tersebut. Selain itu, ia juga menghimbau agar masyarakat tidak tertipu dengan pluralisme yang mengajarkan toleransi ‘kebablasan. (amaif/Islampos)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.