ZAMBOANGA (Jurnalislam.com) – Kelompok pejuang Islam Moro, kelompok oposisi terbesar di Filipina mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya telah mulai meyakinkan kelompok oposisi bersenjata lainnya di Filipina Selatan untuk meletakkan senjata mereka dan bersatu demi mendukung terciptanya daerah Bangsamoro di negara tersebut.
Wakil Ketua Front Pembebasan Islam Moro (Moro Islamic Liberation Front-MILF) Ghazali Jaafar mengatakan bahwa usulan sertifikasi Presiden Rodrigo Duterte tentang Hukum Dasar Bangsamoro (Bangsamoro Basic Law-BBL) yang mendesak awal pekan ini akan meyakinkan oposisi lain untuk melucuti senjata dan berpartisipasi, karena, “mereka sekarang pun berjuang agar memiliki pemerintah untuk rakyat Moro.”
“Ini akan meyakinkan warga Maute, ini akan meyakinkan BIFF [Pejuang Kebebasan Islam Bangsamoro- Bangsamoro Islamic Freedom Fighters], ini akan meyakinkan Abu Sayyaf, ini akan meyakinkan kelompok lain,” kata Jaafar merujuk pada tiga kelompok oposisi yang diduga berjanji setia kepada kelompok Islamic State, sebagaimana dikutip oleh ABS-CBN News, lansir Anadolu Agency Sabtu (23/9/2017).
Siapkan Serangan Terakhir di Marawi, Militer Filipina Minta Bantuan Pejuang Islam Moro
Hukum BBL yang diajukan ke Duterte pada bulan Juli dikirim ke Senat dan Kongres bulan lalu. Itu adalah bagian dari kesepakatan damai 2014 antara pemerintah dan MILF yang mengusulkan sebuah daerah otonomi Bangsamoro, menggantikan Daerah Otonomi yang ada di Mindanao Muslim.
Jaafar menyatakan keyakinannya bahwa pemberlakuan BBL adalah satu-satunya solusi untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di selatan Filipina, karena akan mengakhiri alasan pertempuran.
“Inilah satu-satunya solusi … Jika masalahnya terpecahkan, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk bertarung lagi … Mereka juga berjuang karena ingin memiliki pemerintahan,” katanya.
Jaafar menambahkan bahwa meskipun MILF tidak setuju dengan kegiatan kriminal kelompok oposisi lainnya, Jaafar telah memulai pembicaraan untuk menghentikan upaya pertarungan yang harus dikomunikasikan kepada Duterte.
“Tujuan kami adalah meyakinkan mereka untuk kembali ke MILF dan merupakan kewajiban, tugas kami untuk berbicara dengan saudara-saudara kita sebagai umat Islam untuk menghindari pertempuran melawan mereka. Pertarungan melawan salah satu dari mereka adalah situasi yang paling kami benci,” katanya.
Inisiatif MILF muncul setelah pertempuran antara pasukan pemerintah dan gabungan pasukan kelompok Maute dan Abu Sayyaf, yang melakukan serangan di kota Marawi pada 23 Mei dalam upaya membangun sebuah kekhalifahan Islam di wilayah tersebut.
Jaafar menegaskan bahwa kelompok oposisi lokal telah bersekutu dengan IS untuk memecahkan masalah logistik mereka. IS, sementara itu, telah berkembang di wilayah lain karena menderita kemunduran di Suriah dan Irak.
“Mereka mungkin bersekutu di sana, untuk tujuan apa? Untuk keperluan logistik, dan mereka bisa melanjutkan apa yang mereka lakukan sekarang,” katanya.
Pengepungan di Marawi, yang mendorong Duterte untuk memberlakukan darurat militer di semua pulau Mindanao sampai akhir tahun, telah menyebabkan sebuah krisis kemanusiaan, menggusur lebih dari 300.000 penduduk, dan menewaskan sedikitnya 887.