JENEWA (Jurnalislam.com) – Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menuduh Negara-negara tetangga Myanmar menelantarkan migran perahu yang terdampar dan menempatkan isu tersebut menjadi sorotan internasional. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia juga menekankan pada asal-usul masalah.
Myanmar perlu memecahkan masalah ini, Zeid Ra'ad Al Hussein mengatakan dalam sebuah pernyataan, Jumat (15/05/2015).
"Jika Pemerintah Myanmar belum membahas diskriminasi institusional terhadap penduduk Rohingya, termasuk persamaan akses terhadap warga negara, migrasi genting ini akan terus berlanjut."
Al Hussein mencatat "pentingnya menangani situasi hak asasi manusia di Negara Bagian Rakhine Myanmar, yang digambarkan sebagai "salah satu motivator utama gerakan maritim yang disebabkan rasa putus asa ini."
Dengan adanya sekitar 6.000 migran muslim Rohingya dan Bangladesh yang masih terdampar di laut di Asia Tenggara dan juga upaya Thailand untuk menekan kamp-kamp penyelundupan manusia, Al Hussein menuduh Thailand, Indonesia dan Malaysia berperan "aktif menerapkan kebijakan mendorong perahu-perahu migrant tersebut kembali ke laut."
Zeid mendesak pemerintah di wilayah tersebut mengambil tindakan cepat untuk melindungi para migran, serta menggarisbawahi bahwa situasi sekarang "pasti akan menyebabkan banyak kematian yang tidak bisa dihindari."
Sebagian besar muslim Rohingya yang menjadi korban para penyelundup adalah dari negara bagian Rakhine di Myanmar Barat.
Setelah bentrokan pada musim panas 2012 dengan Buddha Rakhine, mereka mulai melarikan diri secara massal untuk mencari keselamatan dan bekerja di Malaysia dan di luar negeri lainnya.
Pada awalnya, mereka naik perahu reyot yang dikendalikan oleh para penyelundup manusia – yang kadang-kadang tenggelam selama perjalanan di Laut Andaman – tapi sejak tahun lalu mereka diangkut dalam kapal yang lebih besar.
Bangladesh juga semakin sering menggunakan penyelundup manusia untuk melihat iming-iming peluang ekonomi menjanjikan di Malaysia. Tapi beberapa dari mereka – bersama dengan muslim Rohingya – malah diculik dan dipaksa untuk naik kapal.
PBB memperkirakan sekitar 920 migran – terutama Rohingya – diketahui telah tewas di Teluk Bengal antara September 2014 dan Maret tahun ini.
Pada hari Jumat, Organisasi Internasional untuk Migran (IOM) mengumumkan akan menyalurkan US $ 1 juta untuk membantu "6.000 orang yang diperkirakan terdampar di laut."
"Kita tidak bisa hanya berdiri dan menonton saat banyak laki-laki, perempuan dan anak-anak meninggal tersiksa karena kehausan, yang sebenarnya hanya berjarak beberapa kilometer saja dari lokasi yang aman," kata Direktur IOM Jenderal William Lacy Swing dalam sebuah pernyataan.
Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom