WINA (Jurnalislam.com) – Pendukung utama dari pihak-pihak yang saling berperang di Suriah akan berusaha untuk mempersempit kerusakan demi masa depan negara dan rakyat Suriah. AS, Rusia, Arab Saudi, Turki dan Iran akan bertemu di Wina, pada hari ini, Jumat (30/10/2015), dengan tujuan mencapai penyelesaian politik untuk membantu mengakhiri perang Suriah, Aljazeera melaporkan, Kamis (29/10/2015).
Negara Negara tersebut sebelumnya telah bertemu satu minggu lalu, tanpa delegasi Iran.
Perwakilan dari Inggris, Mesir, Perancis, Jerman, Italia, Lebanon, Uni Eropa, dan mungkin negara-negara Arab lainnya, juga diharapkan hadir.
"Ini awal yang sangat baik karena sekarang Iran ikut terlibat … Semua orang telah menyadari bahwa krisis Suriah tidak bisa dimenangkan secara militer," Lina Khatib, asosiasi penelitian the Arab Reform Initiative di SOAS University, mengatakan kepada Al Jazeera.
"Sayangnya, oposisi Suriah tidak hadir. Mereka harus memiliki pendapat apa pun yang terjadi. Mereka harus dilibatkan dalam negosiasi tahap berikutnya," tambahnya.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry bertemu rekan Iran-nya, Javad Zarif, di ibukota Austria pada hari Kamis dalam pertemuan tertutup.
Kemudian, Kerry bertemu dengan rekan-rekannya dari Rusia, Turki dan Arab Saudi untuk membahas perbedaan mereka menjelang pembicaraan yang lebih luas hari Jumat.
Iran Zarif juga dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menjelang putaran baru perundingan, menurut kawat berita Rusia Interfax.
Teheran pertama kali berpartisipasi dalam negosiasi internasional yang ditujukan untuk memecahkan krisis, dengan fokus pada masa depan Assad di Suriah.
Dimasukkannya Iran – pendukung kunci rezim Assad – menandai pergeseran penting setelah Iran dikeluarkan dari diskusi sebelumnya, terutama karena oposisi dari Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Reporter Al Jazeera Mohammed Jamjoom, berbicara di Wina, mengatakan: "Salah satu hal penting yang akan terungkap adalah apakah akan bisa mempertemukan rezim Assad dan kelompok-kelompok oposisi untuk berbicara satu sama lain."
Meskipun oposisi Suriah saat ini tidak ada dalam pembicaraan tersebut, seorang diplomat senior Rusia mengatakan dia bertemu dengan salah satu kelompok oposisi yaitu Tentara Pembebasan Suriah (FSA).
Tanpa menyebut dengan siapa ia bertemu, Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov menegaskan pertemuan tersebut berlangsung di Moskow dan Kairo, kantor berita negara RIA Novosti melaporkan pada hari Kamis.
Bogdanov menambahkan bahwa ia juga melakukan pembicaraan dengan berbagai tokoh oposisi Suriah lainnya.
Rusia menolak kritik dari barat bahwa Rusia gagal untuk memfokuskan serangan udara di Suriah pada target yang mereka nyatakan, yaitu IS, dan justru kenyataannya menargetkan oposisi moderat yang melawan militer Assad dan Koalisi pejuang Suriah lainnya serta warga sipil termasuk anak anak.
Deddy | Aljazeera | Jurniscom