Mungkinkah Seorang Muslim Shaleh Secara Individu, Tapi Tidak Secara Sosial?

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Dr. Nirwan Syafrin Manurung membantah pendapat yang mengatakan adanya umat Islam yang shaleh secara individu, namun tidak shaleh secara sosial. Menurutnya, seluruh syariah yang disebutkan dalam Al Quran seperti shalat, puasa, zakat dan haji tujuan akhirnya adalah tazkiyatun nufus atau perbaikan diri.

"Syariah tidak bisa dipisahkan dari masalah akhlak. Ketika orang melaksanakan bagian syariah-syariah ini, maka diharapkan adanya konsekwensi moralnya," kata peneliti INSISTS itu dalam sebuah acara diskusi Jamaah Ansharusyariah bertajuk ‘Fiqh Kebhinnekaan” di Kantor Gatra, Jl. Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (12/5/2015).

Nirwan mengatakan tidak mungkin seseorang disebut shaleh, kalau dia juga tidak shaleh secara sosial. Islam adalah agama yang mengajarkan seseorang untuk concern terhadap dirinya. Yang dengan hal tersebut, ia akan sangat concern terhadap kehidupan sosialnya.

"Misalnya, kalau saya tidak peduli dengan orang miskin, saya tidak peduli dengan anak yatim, saya tidak peduli dengan masyarakat saya. Nanti yang kena adzabnya kan saya sendiri. Karena saya tidak mau masuk neraka karena azab tadi, maka saya harus concernt terhadap kehidupan sosial saya," jelasnya sembari mengutip Al Qur'an Surat Al Ma'un.

Maka, tidak mungkin seseorang dikatakan shaleh secara individual, kalau ia tidak shaleh secara sosial, keduanya saling terkait.

"Orang yang disebut shaleh dalam Islam adalah orang yang melaksanakan pada tataran individunya dan pada saat yang sama ia juga concern terhadap masyarakatnya," simpulnya.

Reporter : Irfan | Editor : Ally | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.