SITUBONDO(Jurnalislam.com)— Kementerian Agama menggelar Mudzhakarah Perhajian Indonesia tahun 2022 di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Mudzakarah yang kali pertama digelar di pesantren ini mengangkat tema “Bipih dan Keberlangsungan Pembiayaan Haji”.
Mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Staf Khusus Menag bidang Ukhuwah, Hubungan Ormas, dan Moderasi Beragama Ishfah Abidal Aziz berharap Mudzakarah Perhajian menghasilkan rekomendasi yang bisa menjadi panduan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam optimalissai pelayanan jemaah.
“Istitha’ah yang berkeadilan menjadi konsern. Mudah-mudahan mudzakarah ini menghasilkan rekomendasi yang bisa jadi panduan kami,” terang Gus Alex, panggilan akrabnya, di Situbondo, Senin (28/11/2022).
Menurut Gus Alex, pada penyelenggaraan haji 2022, pemerintah Saudi telah menaikkan biaya layanan Masyair dalam jumlah yang sangat signifikan. Hal itu mengakibatkan kenaikan Biaya Penyenggaraan Ibadah Haji (BPIH) hingga lebih dari Rp97juta. Akibatnya, penggunaan nilai manfaat hasil optimalisasi dana Bipih jauh melampaui biaya yang dibayarkan jemaah haji.
“Bipih yang dibayar jemaah, sebesar Rp39,8juta atau 40,7%. Sementara penggunaan nilai manfaat dana optimalisasi mencapai 57,9juta per jemaah,” jelas Gus Alex.
Jadi penggunaan dana optimalisasi nilai manfaat sangat besar. Istithaah yang berkeadilan menjadi konsern kita,” sambungnya.
Atas nama Menag, Ishfah Abidal Aziz mengapresiasi penyelenggaraan Mudzakarah Perhajian Indonesia 2022. “Kita berkumpul di sini, ada tokoh, ulama, akademisi, praktisi haji, untuk mencari solusi istithaah dan keuangan haji dalam perspektif keberlangsungan pembiayaan haji dan kemaslahatannya di masa mendatang,” harapnya.
Diselenggarakan di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Ishfah berharap mudzakarah menghasilkan rumusan monumental yang akan terus dikenang. Sebab, lanjut Ishfah, di pesantren ini, sekian puluh tahun lalu, pernah dihelat satu kegiatan yang menghasilkan tiga hal besar.
Pertama, penerimaan para kyai dan ulama terhadap bentuk negara bangsa. Kedua, peneguhan komitmen para kyai dan ulama untuk menjaga NKRI. Ketiga, penerimaan Pancasila sebagai azaz tunggal.
“Mudzakarah perhajian 2022 semoga juga menjadi tonggak bersejarah. Ada hal yang bisa dihasilkan yang akan menjadi tonggak yang terus dikenang,” tandasnya.