JAKARTA(Jurnalislam.com) — Kabar Hoaks beberapa waktu lalu sempat menimpa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyebut bahwa Wakil Sekretaris Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI, Elvi Hudhriyah, yang meminta untuk menghentikan seluruh program televisi yang diisi oleh Ayu Ting Ting.
Terkait dengan hal ini, DroneEmprit melakukan penelurusan terkait kabar hoaks tersebut yang dibuat oleh Nova.id di amplikasi di media online dan twitter oleh sejumlah akun-akun yang berpengaruh dalam penyeberan hoaks tersebut dalam periode 18-22 Maret 2022.
Dalam penelusuran DroneEmprit ditemukan bahwa akun @Abdi_Nagari terindikasi sebagai amplifikator pertama yang menyebarkan hoaks narasi Nova.id di media sosial pada 18 Maret pukul 22:50 WIB. Selanjutnya, akun-akun yang mayoritas kontra terhadap MUI mengamplikasi cuitan @Abdi_Nagari.
Setidaknya dari 20 top influencers yang semuanya kontra terhadap MUI, ada beberapa akun buzzer. Lima teratas di antaranya yaitu @Abdi_Nagari, @Lady_Zeebo, @Ghurem2, @_ekokuntadhi, dan @_AnakKolong. Dari temuan SNA, tanggal 18-23 Maret pukul 16:59 WIB.
Ditemukan bahwa hanya terbentuk satu klaster besar yang berisi akun-akun kontra MUI yang saling merespons dan berjejaring suarakan kecaman kepada MUI.
Namun di sisi lain, pada tanggal 23 Maret pukul 17:00 WIB sampai 28 Maret pukul 23:59 WIB, karakteristik SNA mengalami perubahan yang siginifikan. Dimana kluster sebelumnya yang berisi akun-akun kontra terhadap MUI hampir menghilang, sementara akun-akun pro MUI membentuk kluster yang besar.
Hal ini dipicu setelah MUI melakukan klarifikasi bahwa berita yang dimuat oleh Nova.id tersebut mengandung hoaks karena tidak sesuai dengan keterengan yang disampaikan oleh Wakil Sekretaris Infokom MUI, Elvi Hudhriyah.
Selain itu, klarifikasi MUI tersebut diperkuat dengan argumentasi Wakil Ketua Komisi Infokom MUI, Ismail Fahmi dalam akun pribadinya @ismailfahmi pada 23 Maret pukul 17:35 WIB yang terpantau mulai aktif mengedukasi warganet terkait isu hoaks tersebut. Akibatnya, pandangan miring publik terhadap MUI jauh berkurang.
Dalam kasus ini, terjadi penyebaran (difusi) agenda dan frame atau bingkai antara media massa dan publik (warganet). Framming dari isu ini terjadi ketika bingkai media (Nova.id pada 18 Maret) salah menafsirkan keterangan dari pengurus Komisi Infokom MUI, Elvi Hudriyah, yang berdampak buruk pada reputasi MUI di mata publik.
Setidaknya ada dua poin kesalahan bingkai yang dihadirkan Nova.id.
Pertama, narasi berita yang dimuat Nova.id tanggal 18 Maret 2022 merupakan rilis kegiatan pada hari kesepuluh bulan Ramadhan 1441 H atau bertepatan dengan tahun 2019.
Kedua, judul dan bingkai tulisan Nova.id memberikan kesan, seolah-olah seluruh program TV yang diisi Ayu Ting Ting diminta dihentikan, karena statusnya sebagai janda. Padahal yang diminta dihentikan adalah program tertentu karena adegan yang tidak patut.
Ismail Fahmi yang juga Founder DroneEmprit mengatakan, MUI di dalamnya memiliki kompenen yang sangat banyak dari berbagai elemen umat Islam di Indonesia.
“Yang gak suka juga banyak, dan yang dukung juga banyak. Kebetulan ada beberapa yang mungkin gak setuju dan sepaham dengan MUI. Maka memberikan banyak serangan, misalkan bubarkan MUI segala macam,” ujarnya saat diwawancara oleh MUIDigital, Selasa (5/3/2022) malam.
Ismail Fahmi menduga sebagian dari mereka yang tidak suka dengan MUI kemudian mencari media untuk melahirkan sentimen terhadap MUI.
“Media itu mempunyai kekuatan untuk membangun setting atau agenda setting. Ada yang kemudian mereka mengambil berita yang lama. Jadi berita yang lama seperti Ayu Ting Ting itu konteks dihapus, tujuannya untuk melahirkan sentimen terhadap MUI,” sambungnya.
Dalam kasus hoaks Ayu Ting Ting, Ismail Fahmi mengungkapkan, Nova.Id mencari berita lama meskipun kejadiannya betul, tetapi diberitakan dengan menghilangkan konteksnya.
“Misalnya itu kan konteks dalam syiar Ramadhan kan, dan Ramadhannya dihapus seolah-olah kejadiannya baru terjadi setelah soal isu label halal. Kesannya MUI menjadi menimbulkan masalah, sehingga orang makin gak suka dengan MUI,” jelasnya.
Apalagi, kata dia, hal ini juga dipengaruhi oleh masyarakat yang cenderung tidak mengecek informasi yang diterima. Sehingga, banyak yang kemudian termakan informasi tersebut.
Untuk itu, Ismail Fahmi menyarankan apabila beredar kembali informasi yang tidak benar harus secepatnya di klarifikasi.
Ismail menghimbau kepada masyarakat untuk kritis terhadap setiap informasi yang diterima dengan melihat informasi tersebut dengan 5W+1H.
“Kejadianya dimana, kapan kejadiannya, apakah sekarang atau yang dulu, konteksnya apa, dalam acara apa, harus pinter-pinter bertanya ketika ada informasi atau berita, bertanya kepada diri sendiri,” jelasnya.
Setelah itu, Ismail Fahmi mengimbau masyarakat untuk kembali mengecek berita tersebut melalui google.
“Katanya misalkan seperti diberitakan bulan Maret misal gitu, cari di google, ada gak yang memberitakan lagi misalnya MUI Ayu Ting Ting apakah hanya dia sendiri yang memberitakan. Jadi artinya, bisa saja itu hoaks,” tuturnya.
“Kritis dengan cara 5W+1H tadi ya, paling enggak 5W+1 H nya dicari,” tambahnya.
Di samping itu, Ismail Fahmi juga mengimbau kepada media untuk berhati-hati. Sebab, media memiliki power untuk mempengaruhi opini publik, dan cenderung mudah dipercaya oleh publik.
Sehingga, lanjutnya, apapun yang ditulis meskipun itu benar atau salah, bisa dipercaya oleh publik.
“Dan kalau seandainya itu salah, itu akan menimbulkan keonaran dan menjadi berkonstitusi kepada disinformasi ke media. Jadi (masyarakat) tidak percaya terhadap media,” pungkasnya.