KOREA UTARA (jurnalislam.com)– Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali menyuarakan dukungan penuh terhadap Rusia dalam urusan internasional, termasuk perang di Ukraina. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuannya dengan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergey Shoigu pada Rabu (4/6/2025), menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Dalam pertemuan yang disebut berlangsung dalam suasana “penuh kepercayaan dan persahabatan,” Kim menegaskan bahwa Pyongyang akan terus mendukung kebijakan luar negeri Moskow “tanpa syarat”, serta menunjukkan komitmen terhadap perjanjian bilateral kedua negara.
“Pemerintah Republik Rakyat Demokratik Korea akan terus mendukung tanpa syarat posisi Rusia dan kebijakan luar negerinya,” kutip KCNA dari pernyataan Kim.
Kim juga menyebut perang yang dilakukan Rusia di Ukraina sebagai “tujuan suci keadilan” demi mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial Rusia. Ia mengungkapkan keyakinannya bahwa rakyat Rusia akan meraih “kemenangan abadi, kemakmuran, dan kebahagiaan.”
Shoigu, dalam kesempatan yang sama, menyampaikan terima kasih kepada pasukan Korea Utara yang turut terlibat dalam pembebasan wilayah Kursk dari pasukan Ukraina. Ia memuji keberanian tentara Korea Utara yang menurutnya “berjuang seolah membela tanah air mereka sendiri.”
Korea Utara secara terbuka mengonfirmasi pada 28 April bahwa mereka telah mengirim pasukan untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina. Langkah ini disebut dilakukan berdasarkan perjanjian pertahanan bersama antara kedua negara.
Menurut laporan Komisi Militer Pusat Korea Utara, pengerahan itu dilakukan untuk “memusnahkan dan menyapu bersih penjajah neo-Nazi Ukraina” dan membebaskan wilayah Kursk. Pemimpin Korea Utara disebut secara langsung memerintahkan pengiriman pasukan tersebut.
Intelijen Barat memperkirakan antara 10.000 hingga 12.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia, meskipun Pyongyang baru mengonfirmasi secara resmi pada akhir April. Badan Intelijen Nasional Korea Selatan mengklaim bahwa sekitar 300 tentara Korea Utara tewas dalam pertempuran di Kursk, dan 2.700 lainnya terluka.
Dalam laporan KCNA, Korea Utara juga mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mendesak Tiongkok agar mengekang aktivitas militer Pyongyang di Eropa. Seorang analis Korea Utara menuduh Macron salah memahami peran NATO dan membela aliansi militer negaranya dengan Rusia.
Di tengah ketegangan ini, presiden Korea Selatan yang baru terpilih menyatakan niatnya untuk menjalin dialog dengan Korea Utara, meski situasi di kawasan semakin memanas.
Sementara itu, serangan Ukraina terhadap wilayah Kursk yang dimulai pada 5 Januari lalu akhirnya berhasil dipukul mundur oleh pasukan Rusia pada akhir April. Hal ini dianggap sebagai kemenangan strategis yang membuka peluang baru bagi perundingan perdamaian, meskipun pertemuan terbaru antara Kyiv dan Moskow di Istanbul kembali gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata. (Bahry)
Sumber: Cradle