Kekurangan Bahan Bakar, Dokter Gaza Tempatkan Beberapa Bayi Prematur dalam Satu Inkubator

Kekurangan Bahan Bakar, Dokter Gaza Tempatkan Beberapa Bayi Prematur dalam Satu Inkubator

GAZA (jurnalislam.com)– Para dokter di rumah sakit terbesar di Jalur Gaza melaporkan bahwa kekurangan bahan bakar yang parah memaksa mereka menempatkan beberapa bayi prematur dalam satu inkubator, dalam upaya mempertahankan nyawa para bayi di tengah terus berlangsungnya operasi militer Israel.

Staf medis yang kewalahan menyatakan bahwa persediaan bahan bakar yang semakin menipis mengancam akan mematikan layanan kesehatan di wilayah yang telah terpukul keras akibat konflik selama lebih dari 21 bulan.

“Kami terpaksa menempatkan empat, lima, bahkan terkadang tiga bayi prematur dalam satu inkubator,” ungkap Dr. Mohammed Abu Selmia, Direktur Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza, seperti dikutip dari The New Arab, Kamis (10/7/2025).

“Bayi-bayi ini kini dalam kondisi sangat kritis.” sambungnya.

Menurutnya, ancaman utama terhadap keselamatan pasien bukan berasal dari serangan udara atau rudal, melainkan dari blokade yang menghalangi masuknya bahan bakar. Hal ini ditegaskan juga oleh Dr. Muneer Alboursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza. Kepada Reuters, ia menyatakan bahwa kekurangan ini “merampas hak dasar masyarakat yang rentan untuk mendapatkan perawatan medis dan mengubah rumah sakit menjadi kuburan yang sunyi.”

Gaza, wilayah kecil dengan populasi lebih dari dua juta jiwa, telah berada di bawah blokade Israel sejak lama, bahkan sebelum konflik saat ini meletus. Pihak Palestina dan tenaga medis menuduh militer Israel menyerang fasilitas kesehatan, tuduhan yang selalu dibantah oleh pihak Israel. Sebaliknya, Israel mengeklaim Hamas menggunakan rumah sakit sebagai lokasi operasi militer dan pusat komando bawah tanah meski belum memberikan bukti yang dapat diverifikasi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan sejak awal konflik, tanpa menyebut pihak yang bertanggung jawab. WHO menggambarkan sistem kesehatan di Gaza sebagai “terpuruk”, dengan kekurangan pasokan medis, bahan bakar, dan penanganan korban massal yang kerap terjadi. Saat ini, hanya sekitar separuh dari 36 rumah sakit umum di Gaza yang masih berfungsi secara sebagian.

Di Al Shifa, Abu Selmia menyatakan bahwa departemen dialisis telah ditutup demi menjaga suplai listrik untuk unit perawatan intensif dan ruang operasi.

“Ada sekitar 100 bayi prematur di rumah sakit ini yang nyawanya kini dalam risiko serius,” ujarnya. Sebelum perang, Gaza utara memiliki 110 inkubator namun kini tersisa sekitar 40 unit.

“Stasiun oksigen akan berhenti beroperasi. Rumah sakit tanpa oksigen bukan lagi rumah sakit. Laboratorium, bank darah, dan lemari es penyimpan darah akan berhenti berfungsi,” tambahnya.

Ia memperingatkan bahwa rumah sakit tersebut bisa berubah menjadi “kuburan bagi mereka yang ada di dalamnya.”

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh petugas di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis. Juru bicara rumah sakit, Mohammed Sakr, mengatakan fasilitas itu membutuhkan sekitar 4.500 liter bahan bakar setiap hari, namun saat ini hanya memiliki 3.000 liter.

“Kami melakukan operasi tanpa listrik dan tanpa pendingin udara. Keringat staf bahkan menetes ke luka pasien,” ungkapnya.

Israel diketahui sempat memberlakukan blokade total atas Gaza selama hampir tiga bulan pada awal tahun ini, sebelum mencabutnya sebagian. Israel menuduh Hamas menyalahgunakan bantuan kemanusiaan, namun tuduhan tersebut dibantah oleh pihak Hamas.

Juru bicara UNICEF, James Elder, yang baru saja kembali dari Gaza, menyatakan, “Anda bisa memiliki tim medis terbaik di dunia, tetapi tanpa obat-obatan, obat penghilang rasa sakit, dan sekarang juga tanpa penerangan, sangat mustahil bagi rumah sakit untuk menjalankan fungsinya.”

Sementara itu, pihak militer Israel melalui unit koordinasi bantuan (COGAT) belum memberikan tanggapan atas permintaan klarifikasi terkait kondisi fasilitas medis di Gaza. (Bahry)

Sumber: TNA

Bagikan