Jamaah Ansharusyariah Jakarta Menguak Paham Takfiri dalam Bedah Buku Balada Jihad Aljazair Ke 2

BEKASI (Jurnalislam.com) –  Pentingnya memahami infiltrasi Intelijen dan paham takfiri bagi sebuah tandzim pergerakan yang mengusung perjuangan dakwah dan jihad supaya tidak terjebak dalam dua hal itu maka Jamaah Ansharusyariah Wilayah Jakarta untuk kedua kalinya menggelar bedah buku yang sama "Balada Jihad Aljazair" di Masjid Al Hikmah, Jl. Irigasi Prima Raya No.1,Bekasi Timur, pada hari Ahad (06/12/2015)‎.

Ustadz Haris Amir Falah selaku pembicara juga Amir Jamaah Ansharusyariah mengatakan bahwa beliau tidak bosan-bosannya membaca buku tersebut.

"Saya membaca buku Balada Jihad Aljazair seperti sedang mengaca pada diri sendiri tentang  masa lalu saya, dan ini merupakan suatu pengalaman dan ibrah (pelajaran) yang harus saya sampaikan kepada umat", ungkap Ustadz Haris.

Dalam pemaparannya Ustadz Haris Amir Falah mengkorelasikan masa lalunya dengan peristiwa-peristiwa hari ini.

"Pada tahun 80-an ketika kami masih di Usrah, pergerakan kami sempat disusupi paham takfir, sehingga paham takfiri pada saat itu sempat kami alami, mengkafirkan selain kelompok kami, mengkafirkan secara berlebihan dan lain lain…," kenang beliau.

Amir Ansharsyariah Jakarta juga menegaskan, "Bahwa gerakan takfiri yang terjadi di Aljazair seperti pada kelompok jihad GIA (The Armed Islamic Group) menjadi sebuah gerakan yang sangat ekstrem, hingga banyaknya pembunuhan yang mereka lakukan, disebabkan oleh menganut paham tersebut. Dan peristiwa itu terulang kembali pada fenomena Suriah hari ini. Nah hal ini harus kita waspadai dan atasi".

Demikian juga pembicara lainya yaitu Muhammad Pizzaro Novelan Tauhidi, Sekjen Jurnalis Islam Bersatu (JITU) mengutip pernyataan Syaikh Abu Mus'ab As Suri tentang jihad di Aljazair,

"Eksperimen jihad Aljazair adalah eksperimen jihad di abad 20 yang paling tragis, banyak sekali hikmah, pelajaran, bagi kita yang bisa kita ambil ", ungkap Muhammad Pizaro.

Berubahnya gerakan kelompok jihad GIA menjadi gerakan yang ekstrem terjadi setelah beberapa pimpinan GIA terbunuh dan pimpinan kekuasaan jatuh kepada Abu Abdurrahman Amien.

‎"Inilah tokoh yang disebut Abu Mus'ab As Suri sebagai intelijen yang disusupkan pemerintah Aljazair kepada para mujahidin. Ini orang baru, tidak cukup dikenal, masih muda dan bukan ulama kemudian menjadi pemimpin GIA. Disinilah fitnah terbesar yang disoroti Abu Mus'ab As Suri," kata Sekjen JITU.

Muhammad Pizaro mengatakan, "Mereka memerangi masyarakat yang memiliki hubungan struktur dengan pemerintah Aljazair".

“Akhirnya, peperangan tidak berlangsung antara militer Aljazair dengan mujahidin, tetapi antara mujahidin dengan masyarakat yang telah dikafirkan,” lanjutnya.

"Bahkan GIA mengeluarkan fatwa-fatwa yang menghalalkan membunuh kaum wanita dan anak-anak dari keluarga pemerintahan karena vonis kafir yang telah jatuh pada mereka".

“Tidak hanya mengkafirkan pemerintah pada saat itu, tetapi juga mengkafirkan kelompok perlawanan yang lain diluar GIA,” tegas Pizaro.

Pizaro juga meyakini, ada kesamaan antara apa yang terjadi di Aljazair dengan fenomena di Suriah hari ini yang berimbas pada kaum muslimin di dunia termasuk Indonesia.

“Sepertinya agak sama polanya, bermula dari vonis kafir, berujung pada pembunuhan. Hal seperti ini harus kita waspadai dan diantisipasi, jangan sampai kita terjebak kedalamnya,” pungkasnya.

 

Deddy | Jurnalislam

 

 

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.