BREBES (Jurnalislam.com) – Mengisi liburan sekolah, biasanya digunakan oleh para pelajar untuk bertamasya. Bahkan, tidak sedikit pelajar yang menyia-nyiakan waktu dengan bermain gadget atau bermalas-malasan.
Itulah yang melatar belakangi Fajri Muslim (27), seorang ustaz di Brebes untuk menggelar program liburan sekolah dengan menghafal Alquran.
Fajri membuka Karantina Tahfidz Liburan Sekolah (KTLS) selama 5 hari, sejak 18 hingga 22 Desember 2018 di Asrama Rumah Qur’an Wanita Islam di Jalan Prof. M. Yamin RT. 01, RW 14, Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes.
Selama lima hari itu, sedikitnya 34 santriwati yang merupakan pelajar usia 9 hingga 16 tahun ini ‘mondok’ dan tidak boleh pulang. Mereka diajari metode MASTER (Membaca Alquran Semudah Tersenyum). Untuk musim liburan kali ini, dalam program ini siswa diajarkan menghafal surat Ar-Rahman.
“Menghafal surat Ar-Rahman yang berjumlah 78 ayat beserta arti terjemahan dan nomer ayatnya,” tutur Ustadz Fajri.
Menurut Pria kelahiran Negla, Losari ini, dipilihnya surat Ar-Rahman agar siswa lebih bisa bersyukur atas nikmat Allah SWT. “Dari Surat Ar-Rahman kita banyak belajar tentang hakikat Bersyukur dan mengingat betapa banyak nikmat Allah yang sering kita lupakan,” bebernya.
Tak hanya itu, setelah mereka siswa diwisuda pada 22 Desember 2018, ustadz yang mengantongi sertifikat berbagai metode menghafal Alquran ini membentuk sebuah group alumni KTLS.
“Kelanjutan dari karantina, yaitu para siswa dan siswi dimasukan grup WA alumni. Ini sebagai media pembimbing agar tetap mencintai Alquran dan diarahkan untuk mengikuti pendidikan Alquran. Seperti masuk Rumah Qur’an atau Bimbel Qur’an yg diadakan oleh penyelenggara karantina,” papar Fajri.
Dalam kegiatan itu, peserta yang semuanya pelajar perempuan itu membayar biaya karantina sebanyak Rp 250.000. Termasuk makan, tidur dan segala fasilitas hingga akhirnya keluar karantina bisa hafal dan tahu artinya.
Salah satu peserta KTLS, Aldilla Syifa Nur Islami (11) warga Kelurahan Pasarbatang yang duduk di bangku kelas 6 SD mengaku senang bisa mengikuti masa karantina. “Senang bisa ketemu teman baru, menghafal surat Ar-Rahman, dan tahu makna dan arti dari surat itu,” jelasnya.
Aldilla yang mengikuti karantina atas kemauan sendiri itu mengaku, waktu lima hari dirasakan kurang. “Kurang, karena saya belum menghafal surat Al-Wakiah,” tuturnya.
Sementara itu, orang tua Aldilla, Joelita Pramudyanti merasa bangga dan terharu anaknya bisa menghafal dan memperdalam Alquran. Dia mengaku dapat informasi adanya KTLS dari Rumah Qur’an tempat anaknya mengaji.
Joelita juga tak membebani anaknya untuk turut serta kegiatan itu. “Saya tidak memaksa, saya juga ikhlas melepas anak saya dikarantina untuk memperdalam bacaan Alquran agar lebih tahu arti dan maknanya,” jelasnya.
Kebanggan terhadap anak bertambah, karena buah hatinya itu mendapat sebuah predikat. “Alhamdulillah, anak saya dapat prestasi santri paling bersemangat. Saya ucapkan terima kasih pada ustadzah dan ustad yang sudah memberi ilmu yang bermanfaat untuk anak saya,” tandasnya.
Sumber : kumparan.com