WHO: Inilah Serangan Senjata Kimia yang Paling Mengerikan

WHO: Inilah Serangan Senjata Kimia yang Paling Mengerikan

JENEWA (Jurnalislam.com) – Para korban serangan kimia pada hari Selasa (4/4/2017) di provinsi Idlib, Suriah, menunjukkan gejala kerusakan akibat gas saraf, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (the World Health Organization-WHO).

“Kemungkinan paparan serangan kimia diperkuat oleh luka eksternal yang tidak tampak namun menunjukkan gejala sama yang muncul dengan cepat dilaporkan terjadi dalam kasus, termasuk gangguan pernapasan akut sebagai penyebab utama kematian. Beberapa kasus yang muncul menunjukkan tanda-tanda tambahan yang konsisten dengan paparan bahan kimia organofosfat, kategori bahan kimia yang mencakup gas saraf,” kata WHO dalam sebuah pernyataan Rabu (5/4/2017), lansir Anadolu Agency.

WHO mengatakan bahwa mereka “khawatir dengan laporan serius penggunaan bahan kimia yang sangat beracun dalam serangan di Khan Shaykhun, selatan pedesaan Idlib, Suriah.”

Menteri kesehatan oposisi Suriah pada hari Selasa, Firas Jundi, mengatakan lebih dari 100 warga sipil telah tewas dan 500 orang lain, kebanyakan anak-anak, terluka dalam serangan gas klorin yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur rezim di kota Khan Shaykun, provinsi Idlib.

Klorin adalah gas saraf.

WHO mengatakan bahwa menurut mitra Health Cluster lokal di darat yang mengobati pasien, sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan itu dan ratusan lainnya terluka.

“Para dokter di Idlib melaporkan bahwa puluhan pasien yang menderita kesulitan bernapas dan sesak napas telah dibawa ke rumah sakit di provinsi untuk mendapat penanganan medis yang mendesak, banyak dari mereka wanita dan anak-anak,” kata WHO.

Laporan pertama penggunaan senjata kimia muncul di Suriah pada tahun 2012 dan sejak itu terjadi dengan frekuensi yang mengganggu, termasuk laporan penggunaan klorin berulang di dalam dan di sekitar Aleppo tahun lalu, terutama pada bulan September-Desember 2016. Insiden terbaru yang dilaporkan ini adalah yang paling mengerikan sejak serangan Ghouta pada bulan Agustus 2013, kata WHO.

Terbatasnya kapasitas rumah sakit setempat dan setelah serangan awal, Rumah Sakit Rahma Al yang masih menerima pasien dan sementara tidak bisa berfungsi karena rusak, WHO mengatakan, “kamar darurat dan unit perawatan intensif di Idlib kewalahan dan dilaporkan kekurangan obat-obatan yang. Banyak pasien dirujuk ke rumah sakit di selatan Turki.”

“WHO mengirim obat-obatan tambahan dari Turki dan siap memberikan persediaan obat dan alat kesehatan serta ambulans yang diperlukan. Ahli WHO di Turki berkomunikasi dengan tenaga kesehatan di Idlib untuk memberikan bimbingan di mengenai diagnosis dan pengobatan yang tepat terhadap pasien,” WHO bilang.

Serangan hari Selasa terjadi sehari setelah pesawat rezim dilaporkan melakukan serangan gas klorin yang sama di kota Al-Habit di Idlib, melukai dan menyakiti ratusan.

Tahun lalu, sebuah panel investigasi yang ditunjuk PBB menemukan bahwa senjata kimia digunakan oleh pasukan rezim pada 2014 dan 2015. Namun, tidak ada langkah-langkah tindak lanjut yang diambil.

Bagikan