“Ia tinggalkan syahwat, makanan, dan minumannya demi Aku”
JURNALISLAM.COM – Sobat jurnis, tidak terasa hari demi hari telah kita lewati pasca bulan Ramadhan tahun lalu. Ada yang bertahan di dalam komitmen berbuat baik hingga bertemu dengan bulan suci, ada juga yang memudar seiring lewatnya pekan makan kupat bersama.
Menurut perhitungan kalendar, dua pekan lagi kita akan menemui bulan yang akan memperlipatgandakan setiap amalan. Yes, bulan Ramadhan.
Perlu kita syukuri bersama untuk takdir hidup yang Allah berikan hingga dapat diberikan kesempatan untuk bertemu bulan suci. Tidak sedikit dari teman, kerabat, bahkan keluarga yang mendahului untuk menemui sang pencipta.
Well, sebagaimana kita ketahui bersama, untuk mendapatkan pahala maksimal saat berpuasa, hendaknya kita untuk meninggalkan syahwat atau hasrat diri untuk melakukan sesuatu yang dilarang.
Mulai dari makanan, minuman, hingga hubungan seksual suami dan istri yang merupakan syahwat-syahwat keinginan diri yang paling besar.

Sobat jurnis, ternyata pendekatan diri dengan meninggalkan syahwat-syahwat kesenangan tersebut dalam puasa mengandung beberapa manfaat sebagai berikut.
1. Menundukkan nafsu; sebab kekenyangan, kesegaran, dan kepuasan berhubungan seksual membuat diri cenderung angkuh, arogan, dan lalai.
2. Mengosongkan hati untuk aktivitas pikir dan dzikir; sebab pelampiasan keinginan-keinginan nafsu syahwat akan membuat hari keras dan buta, sehingga lebih lanjut akan menghalanginya untuk bertafakur dan berdzikir kepada Tuhannya, serta membuatnya lalai.
Sementara perut kosong akan menyinari hati, melembutkannya, menghilangkan kekerasannya, dan mengosongkannya untuk berkosentrasi sepenuhnya dalam zikir dan pikir.
3. Membuat orang kaya bisa mengetahui betapa berharganya nikmat yang diberikan Allah kepadanya dan dapat berempati dengan orang-orang fakir yang tidak dikaruniai kelebihan makanan, minuman, maupun pasangan.
Sebab dengan menahan diri dari hal tersebut pada waktu tertentu dan merasakan kesukaran karena hal tersebut, ia akan selalu teringat pada orang yang merasakan kesulitan tersebut sepanjang waktu.
Sehingga, ia pun termotivasi untuk mensyukuri segala nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya secara berlimpah, mengasihi saudaranya yang membutuhkan, dan berempati kepadanya dengan segala sesuatu yang memungkinkan.
4. Puasa menyempitkan pembuluh darah yang merupakan alur lalu lintas setan dalam tubuh manusia, sehingga ruang gerak setan semakin menyempit. Dengan puasa, godaan setan menjadi tenang, dan letupan syahwat serta amarah akan melemah.
Oleh karena itu, Nabi menyebut puasa sebagai tali pengekang (wija) mengingat ia mampu mengekangnya dari syahwat seksual.
Sobat jurnis, perlu diingat, pendekatan diri kepada Allah dengan meninggalkan syahwat-syahwat yang diperbolehkan di luar waktu puasa ini tidak bisa terwujud sempurna, kecuali setelah mendekatkan diri kepada-Nya dengan meninggalkan segala hal yang dilarang-Nya yah.
Sumber: Seri Mengungkap Keutamaan Bulan-bulan Islam: Ramadhan Meraih Rahmat & Ampunan, Ibnu Rajab Al-Hanbali