Good Looking ala Rasulullah

Good Looking ala Rasulullah

Oleh: Jumi Yanti Sutisna*

Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan istilah ‘good looking’. Hampir semua platform sosial media membicarakan istilah ‘good looking’ ini. Berawal dari pernyataan Menag Fachrul Razi dalam acara webinar bertajuk “Strategi Menangkal Radikalisme pada Aparat Sipil Negara”  yang disiarkan di kanal YouTube Kemenpanrb yang kemudian menuai kontraversi terutama dari kalangan masyarakat muslim yang merupakan mayoritas di Indonesia.

Mereka terluka dan sangat menyayangkan pernyataan ini keluar dari seorang Menteri Agama yang diharapkan pernyataan-pernyataannya dapat meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat Indonesia bukan malah memberikan klaim yang meresahkan bahkan berupa tuduhan yang tidak berdasar.

Menag Fachrul Razi mengungkapkan cara paling mudah menyusupkan agen radikalisme masuk ke sebuah lembaga, atau rumah ibadah adalah  dengan memasukkan seseorang yang good looking.

“Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan,” kata Menag.

Mencermati pernyataan menag Fachrul Razi, terutama terkait kata ‘good looking’ yaitu sesuatu yang enak dilihat, nyaman dipandang. Ini membuktikan betapa pentingnya ‘good looking’ dalam mempengaruhi orang.

Memang secara manusiawi siapa hati yang tidak tertawan dengan sesuatu yang nyaman dipandang. Bukankah, iklan-iklan produk pun untuk menarik pembeli adalah dengan menampilkan aktor atau artis yang good looking apalagi jika ditambah dengan nilai-nilai lebih lainnya.

 

Mengenai good looking ini, Rasulullah pun telah memberi contoh pula, bahwa penampilan adalah sesuatu yang penting dalam dalam mempengaruhi orang. Wah, sampai disini tiba-tiba orang yang memiliki wajah pas-pasan menjadi balik badan karena merasa tak punya kemampuan. Jangan dulu yah.

Wajah Anda pas-pasan pun masih memiliki kesempatan agar tampak good looking. Bagaimana caranya?

 

Salah satunya mempedulikan fisik diri, Rasulullah telah mencontohkan agar memperhatikan kebersihan badan. Dapat dibayangkan, seorang yang tampan wajahnya namun jika tidak di rawat kebersihan giginya atau kebersihan badannya, apakah ada orang yang mau berlama-lama dekat dengannya?

 

Masih mengenai fisik, perawakan Rasulullah pun bagus, sixpack istilah jaman sekarang, tentu ini diperoleh dengan rutin berolahraga bukan? Dengan rutin berolahraga pun akan membuat badan menjadi sehat dan kuat, bukankah ini yang diharapkan dari seorang pemuda muslim?

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan”

 

Wajah berseri-seri pun menjadi poin penting yang tidak bisa ditinggal agar terlihat ‘good looking’. Orang lebih nyaman memandang wajah yang tidak terlalu tampan namun berseri-seri dibandingkan memandang wajah rupawan namun penuh kejutekkan. Wajah berseri-seri ini tentu dihasilkan dari senyum tulus yang senantiasa mengembang, dan Rasulullah adalah termasuk orang yang banyak tersenyum, seperti diriwayatkan oleh Abdullah ibn al-Harist ibn Jaza RA “Aku tidak pernah melihat seseorang yang banyak tersenyum dari pada Rasulullah”

 

Apakah sudah cukup dengan mempedulikan fisik diri untuk menjadi seorang ‘good looking’? Tentu tidak. Ada yang tidak kalah penting dari mempedulikan fisik. Yaitu mempedulikan gesture atau akhlak. Bagaimana pendapatmu jika ada seorang yang memiliki penampilan menarik, badannya bersih, perawakannya bagus, senyumnya mengembang, namun jika berkata-kata bagai ia mengeluarkan silet-silet yang tajam, tentu ini membuat sangat tidak nyaman.

 

Rasulullah dikenal sebagai seorang pemuda yang terjaga pergaulannya dimana kala itu banyak pemuda sebayanya lebih senang berpesta dan meminum khamr. ia tidak menyukai duduk-duduk tanpa manfaat dan berbincang yang remeh. Baliau dikenal lemah lembut penuh kasih sayang namun tampak berwibawa, jika berbicara tampak menarik, santun, rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, tata bahasanya tertata rapi dan menyesuaikan dengan kapasitas lawan bicara, perkataannya pun jauh dari dusta dan menghindari kata yang sia-sia. Ia memenuhi janji jika berjanji, cerdas, pekerja keras, paling bisa dipercaya, inilah sebabnya pemuda Muhammad sebelum menjadi rasul ia mendapat gelar Al-Amin dari penduduk Mekkah.

 

Beliau juga perhatian kepada setiap orang, sehingga orang-orang beranggapan ia special dihadapan Rasulullah, padahal Rasulullah berlaku sama kepada semua. Rasulullah pun murah hati, mampu menguasai diri, tidak kaku, tidak keras, tidak suka mengutuk, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka memuji. Beliau suka memaafkan saat memegang kekuasaan dan bersabar saat ditekan. Beliau tidak membalas suatu keburukan yang ditujukan padanya kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, ia akan membalas karena Allah.

 

Rasulullah pun memiliki jiwa sosial yang tinggi, beliau seorang yang dermawan, jika memberi ia tidak takut menjadi miskin. Siapapun yang meminta suatu keperluan, Rasulullah tidak pernah menolaknya. Beliau seorang yang paling malu dan suka menundukkan pandangan, namun menjadi seorang yang pemberani kala menghadapi musuh, jika para sahabat diliputi ketakutan dan bahaya mereka berlindung kepada Rasulullah.

 

Kepribadian Rasulullah begitu menawan hati, inilah sebenarnya yang membuat Rasulullah tampak ‘good looking’ seperti yang dikatakan oleh Jabir bin Samurah “Aku pernah melihat beliau pada suatu malam yang cerah tanpa ada mendung. Aku memandangi Rasulullah lalu berganti memandang rembulan. Menurut penglihatanku beliau lebih indah dari pada rembulan”. Dikatakan juga, wajah Rasulullah sama sekali tak menampakkan seorang pendusta.

 

Kepribadian Rasulullah yang eloklah yang membuat Khadijah binti Khuwailid jatuh cinta, seorang wanita terhormat dari kalangan bangsawan, janda kaya raya dimana Muhammad bekerja kepadanya. Kemudian Khadijah rela menghabiskan harta untuk risalah yang dibawa Rasulullah.

Kepribadian Rasulullah pula yang membuat Nusaibah binti Ka’ab yakin akan risalah yang dibawa Rasulullah sehingga ia rela menjadi perisai Rasullah pada sebuah peperangan yang menyebabkan banyak luka ditubuh dan lehernya.

Kepribadian Muhammad pula yang membuat Bilal tak kuasa tinggal di Madinah setelah kematian Rasulullah, karena selalu teringat kenangan indah bersama Rasulullah. Kepribadian Muhammad juga yang membuat penduduk Madinah menangis saat Bilal menyebut “Asyhaduanna Muhammadan Rasulullah” di adzan terakhirnya.

Kemudian, kembali mencermati pernyataan Menag Fachrul Razi, pemuda ‘good looking’ yang hafidz Quran dan fasih berbahasa Arab dikaitkan dengan isyu radikal. Saya rasa ini adalah sebuah ketakutan yang besar,  ketakutan kepada kemampuan  pemuda ‘good looking’ yang dengan fisik dan akhlaknya mampu menarik banyak orang untuk mempelajari ajaran Islam secara mendalam, yang hakikatnya itu baik untuk kejayaan dan keselamatan bangsa Indonesia, karena berdasarkan sejarah, kemerdekaan Indonesia diperjuangkan oleh orang-orang yang mendalami ajaran Islam. Jika Fachrul Razi tak menyukai, lalu ada apa dengan Fachrul Razi?

*Penulis adalah Jurnalis Jurnalislam.com

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.