RAFAH (jurnalislam.com)– Dua tentara Israel tewas dan tiga lainnya luka-luka dalam serangan yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina di Rafah, selatan Jalur Gaza, pada Ahad pagi (19/10). Insiden ini memicu serangan balasan besar-besaran dari militer Zionis dan mengancam kesepakatan gencatan senjata yang baru berjalan kurang dari sepekan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengidentifikasi dua tentaranya yang tewas sebagai Mayor Yaniv Kula (26) dan Sersan Staf Itay Yavetz (21), keduanya dari Batalyon 932 Brigade Nahal. Kula diketahui menjabat sebagai komandan kompi.
Dalam pernyataan resminya, militer Israel menuding Hamas bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata.” Namun, Hamas membantah tudingan itu dengan menegaskan bahwa insiden terjadi di area yang berada di bawah kendali pasukan Israel.
Kepala Staf IDF, Letjen Eyal Zamir, mengatakan pasukannya akan tetap dalam siaga tinggi.
“Kami siap dan bersiap menghadapi skenario apa pun,” ujarnya dalam upacara serah terima jabatan sekretaris militer presiden.
Menurut laporan awal militer, serangan terjadi sekitar pukul 10.30 pagi di tenggara Rafah, dekat Jalan Salah a-Din wilayah yang diklaim berada di bawah kontrol Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
IDF menyebut sekelompok pejuang Palestina muncul dari sebuah terowongan dan menembakkan peluru kendali anti-tank (RPG) ke arah ekskavator militer, menewaskan dua tentara di tempat. Dalam waktu bersamaan, alat berat lain menjadi sasaran tembakan penembak jitu yang melukai dua operator, salah satunya dalam kondisi serius. Seorang tentara lainnya juga terluka sedang akibat tembakan berikutnya.
Militer Israel mengklaim tidak ada upaya penculikan terhadap tentaranya dalam serangan tersebut.
Pasukan IDF diketahui tengah beroperasi di area itu untuk “membersihkan infrastruktur Hamas”, meski wilayah tersebut berada di bawah kendali Israel sesuai kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat.
Peristiwa ini menjadi insiden mematikan pertama bagi militer Israel sejak dimulainya gencatan senjata yang diusulkan AS, yang bertujuan mengakhiri perang berkepanjangan di Gaza selama dua tahun terakhir. (Bahry)
Sumber: TOI