ANKARA (Jurnalislam.com) – Presiden Turki mengatakan pada hari Rabu (6/9/2017) bahwa “laporan yang berbeda-beda” telah membuat situasi Rohingya tetap berlangsung selama bertahun-tahun, di tengah serangan terbaru dalam pembantaian kaum Muslim di Myanmar barat.
“Tentu saja, kita tahu bahwa masalah di Arakan [Rakhine] berasal dari alasan kompleks dengan sejarah panjang yang terus-menerus dipenuhi dengan informasi yang berbeda,” kata Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pertemuan perwakilan provinsi partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di ibukota Ankara, lansir Anadolu Agency.
Erdogan: Saya Akan Ungkap Apa yang Terjadi Sebenarnya di Myanmar pada Majelis PBB Nanti
Erdogan mengatakan bahwa dia telah menelpon para pemimpin hampir 30 negara untuk membahas situasi di Rakhine dan terutama mendesak para pemimpin dari dunia Muslim untuk berbuat lebih banyak.
“Orang-orang yang tertindas ini tentu saja tidak pantas dihancurkan di antara dua kekuatan yang bertanggung jawab di wilayah ini,” kata Erdogan.
Erdogan Kecam Pembantaian di Myanmar dan akan Tuntut di Pengadilan PBB
“Kami meminta kepada mereka yang bertempur memperebutkan gas alam, endapan minyak, dan pelabuhan pantai di wilayah ini untuk tidak melakukannya dengan mengorbankan kehidupan, darah, dan masa depan orang-orang yang tidak bersalah,” tambahnya.
Erdogan mengatakan bahwa dunia sudah menyaksikan cukup banyak rasa sakit dan pembantaian, dengan menyebut Suriah dan Irak sebagai contoh, dan menyatakan bahwa tidak ada orang dengan “hati nurani dan moral” yang menginginkan hal yang sama.
“Untuk alasan ini kami akan terus melindungi kaum Muslimin di negara bagian Rakhine dan masyarakat tertindas lainnya, menjadi suara mereka, dan terus mengulurkan tangan,” tambahnya.
Antara Erdogan, Muslim Rohingya, dan Diplomasi Jihad Abu Bakar Ba’asyir
Erdogan telah memimpin seruan global atas penghukuman terhadap tindakan brutal dan sadis tentara Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya, yang memaksa lebih dari 120.000 orang untuk berlindung di negara tetangga Bangladesh.
Istrinya, ibu negara Emine Erdogan, dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu akan terbang ke Bangladesh pada hari Rabu demi membahas masalah ini dengan pihak berwenang Bangladesh dan mengunjungi para pengungsi tersebut.
Menurut PBB pada hari Selasa, 123.600 Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh saat puluhan ribu lainnya mengungsi sejak kekerasan terakhir dimulai pada 25 Agustus.