SURAKARTA (Jurnalislam.com) – Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) bersama elemen umat Islam Solo mendatangi Balai Kota Solo Jalan Jenderal Sudirman No. 2, Pasar Kliwon, Surakarta, Kamis (9/6/2016). Mereka menuntut penutupan Cafe, Karaoke dan Salon yang dijadikan tempat maksiat. Mereka menilai, hal tersebut merupakan penyalahgunaan izin.
Diterima oleh wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo, Humas LUIS, Endro Sudarsono mendesak pemkot untuk segera merespon keluhan masyarakat menutup tempat-tempat maksiat tersebut.
“Kami sudah melakukan mediasi dengan pihak Polres Solo dan Satpol PP. Dari temuan kami, di beberapa salon sudah menyalahi peruntukkannya, bahkan tanpa sengaja kami sempat poto PSK setengah bugil Pak,” ucap Endro.
Lebih lanjut, Ketua LUIS, Edi Lukito mengungkapkan, LUIS telah menemukan lebih dari 12 tempat (Cafe, Karaoke, Salon dan SPA). Untuk itu dirinya mendesak pemerintah untuk bertindak cepat, karena tempat tersebut sudah meresahkan masyarakat.
“Kami laporkan ini karena sudah kita sampaikan juga pada Polisi, Satpol PP. Saya katakan kami bukan sweeping pak, kita silaturrohmi, tausiyah tempat-tempat maksiat,” kata Edi.
Wakil Walikota Solo Setuju Salon-salon Mesum Ditutup
Menanggapi desakan umat Islam tersebut, Achmad Purnomo mengatakan, pihaknya perlu kajian lebih lanjut baik dari pihak Satpol PP untuk berkoordinasi dengan Walikota. Namun, ia setuju dengan usulan LUIS dan elemen umat Islam untuk menutup tempat-tempat tersebut.
Purnomo menambahkan, seharusnya Satpol PP bertindak tegas dengan menutup tempat-tempat yang telah terbukti menyimpang dari peruntukkannya.
“Kalau yang sudah tertangkap mestinya pak Tardjo (Ketua Satpol PP-red) sudah langsung ditutup, yang lain hal itu bisa saja terjadi diluar pengawasan kita semuanya. Saya yakin yang hadir dengan informasi ini setuju untuk segera ditutup. Namun masalahnya tidak bisa segera diputuskan saya harus laporkan dulu pada pak Walikota,” ungkap Purnomo.
Sementara itu, Ketua Satpol PP, Sutardjo meminta pada elemen umat Islam dalam kegiatannya untuk tetap menjada koordinasi. Sebab, melihat aksi-aksi LUIS sebelumnya, Sutardjo menilai LUIS terlalu cepat sehingga pihaknya kewalahan dalam mengawal kasus-kasus tersebut.
“Saya diminta untuk menguasai dulu RRI, ini malah beliau udah lari ke selatan, tapi ndak apa-apa. Maksud saya ini itu yo rodo diatur, sehingga kita ngikuti ya agak longgar. Ini baru kemarin sekian trus muncul 12 tempat lagi,” keluh Sutardjo.
Reporter: Dyo | Editor: Ally Muhammad Abduh