JAKARTA(Jurnalislam.com)– Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin menerima para pengurus Pondok Pesantren Darunnajah dan Universitas Darunnajah, di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Senin (15/08/2022).
Mengawali pertemuan, Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Sofwan Manaf menyampaikan progres pendirian Universitas Darunnajah sebagai wujud kontribusi dalam memberikan kemaslahatan kepada umat. Selain itu, ia juga meminta doa restu dan kesediaan Wapres untuk menghadiri peluncuran Universitas Darunnajah yang direncanakan pada November mendatang.
“Alhamdulillah kita berjuang 7 tahun [untuk] pendirian universitas. Alhamdulillah sudah turun SK-nya 10 Juni kemarin, namanya Universitas Darunnajah. Sekarang ini ada 3 fakultas dan 10 prodi,” jelas Sofwan.
Acara tersebut, lanjutnya, akan digabungkan dengan Konferensi Kemandirian Pondok Pesantren, karena Universitas Darunnajah mengembangkan pula pendidikan bisnis digital, kewirausahaan, dan administrasi bisnis di bawah naungan Fakultas Bisnis.
“Kita mengundang pimpinan-pimpinan pesantren seluruh Indonesia pada saat itu. Jadi, nanti mungkin acaranya dibuka oleh Pak Kiai saat itu, terus launching universitas,” sebutnya.
Menanggapi hal tersebut, Wapres menyambut baik kehadiran Universitas Darunnajah sebagai salah satu upaya Darunnajah untuk terus mencerdaskan umat. Sebab, menurutnya, kunci kemajuan suatu bangsa memang terletak pada sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
“Saya memberi apresiasi terhadap Darunnajah yang terus memajukan pendidikan. Kita memang sedang membangun sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia unggul kan melalui pendidikan,” tutur Wapres.
Sebagai pendidikan berbasis pesantren, sambung Wapres, Darunnajah harus mampu mencetak SDM al mutafaqqihina fiddin (ahli agama) dan SDM al mu’ammirina (pemakmur bumi).
“Untuk memakmurkan bumi ini tergantung pada sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan tentang ekonomi, tentang pertanian, tentang perindustrian, dan tentang perdagangan,” imbuhnya.
Tantangan tersebut, papar Wapres, tentu berbeda dengan apa yang dihadapi pesantren pada masa terdahulu, yaitu menghasilkan calon ahli agama (al mutafaqqihina fiddin) dan para pejuang tanah air (al-mujahidunal wathany). Menurutnya, konsep al-mujahidunal wathany dalam konteks sekarang adalah bagaimana mengisi pembangunan dan mengelola kekayaan alam.
“Kalau dulu, kan perang mengusir penjajah. Nah, sekarang ini al-mujahidunal wathany ya pemakmur bumi, bagaimana melakukan/mengambil peran di pembangunan,” urai Wapres.
Oleh karena itu, Wapres menekankan, pesantren harus menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat, termasuk di antaranya, melahirkan umat yang mampu berperan sebagai hamzah washal atau off-taker (penghubung antara petani dan akses pasar).
“[Indonesia] tanahnya banyak, tapi bagaimana mengelola perkebunan, pertanian, kelautannya? Petaninya banyak, yang kurang itu saya bilang hamzah washal-nya,” ungkap Wapres.
“Umat belum sampai bisa jadi itu [hamzah washal]. Jadi, kita memang harus memunculkan pemberdayaan manusia yang memiliki itu,” tambahnya.