Ceramah di Karanganyar, Gus Nur Mengaku Sempat Dipersekusi Banser

Ceramah di Karanganyar, Gus Nur Mengaku Sempat Dipersekusi Banser

SOLO (Jurnalislam.com) – Persekusi terhadap para penceramah kembali terjadi. Kali ini dialami oleh da’i asal Jawa Timur, Sugi Nur Raharja alias Gus Nur. Ia mengaku dirinya didatangi sekelompok dari ormas yang mengaku Banser saat memberikan ceramahnya di Masjid Al Huda Talpitu, Karangpandan, Karanganyar, Jum’at, (14/9/2018) malam.

Ditemui Jurnalislam.com di Syariah Hotel, Solo, Gus Nur menceritakan kronologi kejadian persekusi tersebut, ia menjelaskan, bahwa pagi sebelum berlangsungnya kajian sudah ada oknum Banser yang meminta Gus Nur membatalkan ceramahnya tersebut.

“Pagi itu ada satu atau dua oknum Banser datang ke polsek Karangpandan, intinya pengajian Cak Nur harus dibatalkan atau minimal diganti pematerinya, terus kemudian panitia ngotot tidak bisa dibatalkan ataupun diganti, akhirnya terjadi nego intinya tetap jalan,” kata Gus Nur mengawali cerita.

Tiba waktunya malam, lanjut Gus Nur, sampai di lokasi bertemu dengan pak Kapolsek. “Dan Tabligh seperti biasanya, Masjid penuh, dan jamahnya blundak sampai keluar, tapi ditengah tengah ceramah, laskar meneriakan yel yel perjuangan,” sambungnya.

Gus Nur juga mengatakan, kalau dirinya bersama tim sudah mengira akan kedatangan ormas tertentu yang akan membuat rusuh dalam kajiannya.

“Dan itu sudah kita prediksi, karena sebelumnya sudah ada info yang masuk akan ada Pagar Nusa ngluruk(datangi rame rame-red), akan ada ormas ormas yang asing ngumpul beberapa kilo dari lokasi, macem macem, infonya sudah masuk,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia membantah tuduhan yang mengatakan ceramahnya profokatif dan menyudutkan pihak tertentu, Gus Nur menegaskan, jika dalam ceramahnya di Masjid Al Huda Talpitu itu tidak membahas soal politik.

“Tapi pengajian itu sendiri aman, kan ini yang sering digoreng sama orang yang tidak sukalah, ditolak masyarakatlah, ceramahnya radikallah, bahasanya kan gitu, intoleran. Tidak masyarakatnya penuh, semuanya penuh, kita sendau gurau, kita khusuk, kita akrab, kita juga cair, materinya yang dibahas hakikat hijrah,” ujarnya.

“Karena masyarakat disitu itu infonya yang masuk ke saya masih primitif, masih suka sikep, jimat, keris, dan lain lain, jadi ini sudah ada pesanan dari panitia,” tandas Gus Nur.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.