SURIAH (jurnalislam.com)– Pemerintah Suriah mengecam keras serangan militer Israel di Provinsi Deraa yang terjadi pada Selasa (3/6/2025). Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut serangan tersebut menyebabkan “kerugian manusia dan material yang signifikan”, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita resmi SANA.
Serangan ini terjadi menyusul pernyataan militer Israel yang mengklaim dua proyektil diluncurkan dari wilayah Suriah dan jatuh di area terbuka di Dataran Tinggi Golan yang masih diduduki Israel. Namun, pihak Suriah membantah keterlibatan mereka dan menyebut laporan tersebut sebagai “belum terverifikasi”.
“Kami menegaskan bahwa Suriah tidak pernah dan tidak akan menjadi ancaman bagi siapa pun di kawasan ini,” tulis Kementerian Luar Negeri Suriah dalam pernyataan resminya. Mereka juga menambahkan bahwa ada kemungkinan pihak-pihak lain yang berusaha menciptakan kekacauan demi kepentingan sendiri.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, langsung menyalahkan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa atas insiden tersebut.
“Kami menganggap presiden Suriah bertanggung jawab langsung atas setiap ancaman dan tembakan terhadap negara Israel, dan kami akan memberikan tanggapan penuh dalam waktu dekat,” kata Katz.
Di tengah meningkatnya ketegangan, beberapa laporan dari media Arab dan Palestina menyebut kelompok bernama Brigade Muhammad Deif sebagai pihak yang mengaku bertanggung jawab atas peluncuran proyektil. Kelompok ini mengacu pada nama pemimpin militer Hamas yang gugur dalam serangan Israel pada tahun 2024. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Militer Israel menyatakan telah menanggapi insiden tersebut dengan tembakan artileri ke wilayah Suriah selatan. Penduduk setempat melaporkan bahwa mortir Israel menghantam wilayah Wadi Yarmouk di bagian barat Deraa, dekat perbatasan Dataran Tinggi Golan.
Dalam beberapa minggu terakhir, daerah tersebut telah mengalami peningkatan aktivitas militer Israel, termasuk pemboman udara dan laporan pembatasan terhadap warga yang dilarang mengolah lahan pertanian mereka.
Israel diketahui telah menduduki Dataran Tinggi Golan sejak Perang Arab-Israel 1967, dan memperluas kontrolnya atas wilayah tersebut pasca penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada Desember lalu, dengan alasan kekhawatiran terhadap masa lalu pemerintahan baru Suriah.
Pada saat yang hampir bersamaan dengan insiden di Suriah, militer Israel juga mengklaim berhasil mencegat sebuah rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman. Kelompok Houthi, yang bersekutu dengan Iran, mengaku menargetkan kota pesisir Jaffa sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina di tengah konflik Israel-Gaza yang masih berlangsung. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera