Bertemu di KTT G 20, Rusia dan AS Sepakati Gencatan Senjata di Suriah

Bertemu di KTT G 20, Rusia dan AS Sepakati Gencatan Senjata di Suriah

WASHINGTON (Jurnalislam.com) – AS dan Rusia pada hari Jumat (7/7/2017) mengumumkan sebuah gencatan senjata di Suriah setelah Donald Trump dan Vladimir Putin bertemu untuk pertama kalinya di KTT G20 di Jerman.

Kesepakatan itu dicapai bersama dengan Yordania, menurut Sekretaris Negara AS Rex Tillerson yang berbicara dalam sebuah konferensi pers di pertemuan puncak tersebut dan kesepakatan tersebut mencakup wilayah penting di Suriah yang mempengaruhi keamanan Yordania dan merupakan bagian yang sangat rumit dari medan perang Suriah, lansir Anadolu Agency.

“Daerah de-eskalasi ini telah disepakati. Ini adalah kesepakatan yang jelas – kesepakatan tentang siapa yang akan mengamankan daerah ini. Gencatan senjata telah ditandatangani, dan saya pikir ini adalah indikasi pertama AS dan Rusia untuk dapat bekerja sama di Suriah,” kata Tillerson.

Wilayah di mana tindakan agresi dilarang secara nominal akan mencakup Idlib dan bagian-bagian tertentu dari provinsi Latakia, Homs, Aleppo dan Hama, bersama dengan Damaskus, Ghouta Timur, Daraa dan Quneitra, sesuai kesepakatan.

Dalam pembicaraan terpisah di ibu kota Kazakhstan, Astana pada bulan Mei, Turki setuju dengan Rusia dan Iran mengenai sebuah rencana untuk membangun jaringan “zona de-eskalasi” di berbagai wilayah Suriah yang dilanda perang.

Diplomat Amerika optimis tentang keberhasilan kesepakatan tersebut karena berbeda dibandingkan kesepakatan gencatan senjata serupa di Suriah antara AS dan Rusia dalam hal tingkat komitmen di pihak Moskow, katanya.

“Saya kira Rusia memiliki ketertarikan yang sama dengan yang kita lakukan agar Suriah menjadi tempat yang stabil, sebuah tempat terpadu, namun pada akhirnya merupakan tempat di mana kita dapat memfasilitasi diskusi politik mengenai masa depan mereka, termasuk kepemimpinan masa depan Suriah,” kata Tillerson seraya menambahkan bahwa administrasi Trump tidak melihat peran jangka panjang untuk keluarga Presiden Suriah atau rezimnya.

Bagaimana Assad “pergi belum ditentukan”, katanya namun menegaskan akan ada transisi dari pemerintahan Assad.

“Kami tentu telah menjelaskan dalam diskusi kami dengan Rusia, bahwa kami tidak berpikir Suriah dapat mencapai pengakuan internasional di masa depan,” kata Tillerson.

“Bahkan jika mereka berhasil melalui proses politik yang sukses, masyarakat internasional tidak akan menerima Suriah yang dipimpin oleh rezim Assad lagi.”

Suriah telah terkunci dalam perang global sejak awal tahun 2011, ketika rezim syiah Nushairiyah Assad menindak para aksi unjuk rasa dengan keganasan militer tak terduga.

Lebih dari 400.000 korban telah terbunuh dan lebih dari 10 juta orang mengungsi, menurut PBB.

Bagikan