Ratusan Orang Iringi Jasad Syuhada Bela Quran, Warga: Cocoklah Kalau Pak Syachrie Dapat Syahid

Jurnalislam.com – Sebelum berangkat menuju #AksiBelaQuran, almarhum Syahrie Oemar Yunan (65 tahun), sempat berdiri lama di depan pintu. Kepada istrinya, ia meminta didoakan agar perjuangannya diridhai Allah SWT.

“Dia sempat berdiri lama di depan pintu. Dia berdoa panjang, kemudian berkata: doakan saya mau berjuang,” ujar Hermalina, istri syuhada (kama nahsabuhu, red) #AksiBelaQuran ini.

M. Syachrie menghadap ke rahmatullah dengan meninggalkan 7 putera dan puteri. Ia memiliki 3 orang putera dan 4 orang puteri.

Pantauan wartawan anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di rumah duka, tak ada tanda-tanda kesedihan mendalam pada raut istri dan anak-anak almarhum M. Syachrie. Keluarga dan tetangga malah nampak bangga dan gembira. Usai tahlilan, para pemuda yang duduk di ujung gang dengan semangat menceritakan jihad dan kisah syahidnya M. Syachrie sambil mengepulkan asap rokok.

“Di sini orang-orang pada bilang, cocoklah kalau Pak Syachrie yang dapat (syahid -red). Semua anak-anak dan warga bangga dengan beliau,” ujar Hermalina saat ditemui di kediamannya di Komplek Binong Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Binong, Tangerang pada Sabtu, (05/11).

Karena terkesan atas kebaikan M. Syachrie semasa hidupnya, warga sekitar pun berbondong-bondong untuk menyalati dan mengiringi jasadnya ke liang lahat.

“Banyak banget, ada ratusan orang sampai masjid gak muat. Itu Masjid keisi semua ga ada ruang yang kosong, sebenarnya pada mau masuk tapi ga muat,” tuturnya.

Reporter: Fajar Shadiq, Rizki Lesus

M Syachrie, Syuhada Aksi Bela Quran Adalah Murid Setia Habib Munzir

Jurnalislam.com – Sosok Syuhada #AksiBelaQuran Almarhum M. Syachrie Oemar Yunan (65 tahun) dikenal warga sekitar sebagai jemaah zikir dan shalawat, serta pribadi yang suka membantu tetangga.

Syachrie merupakan Ketua Pengurus Musholla Bina Ihsani di Komplek Binong Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Binong, Tangerang. Ia merupakan aktivis majelis taklim dan Jemaah Majelis Rasulullah pimpinan almarhum Habib Munzir Al-Musawa.

Kepada JITU, istri M. Syachrie, Hermalina menunjukkan foto almarhum M. Syachrie bersama dengan almarhum Habib Munzir Al-Musawa. “Foto ini diambil sebulan sebelum Habib Munzir meninggal,” kata dia.

Malam sebelum aksi 4 Nopember, Syachrie mengajak tetangganya sekitar untuk berjihad dan turut serta dalam #AksiBelaQuran di depan Istana Negara.

“Hampir semua tetangga ketemu Pak Syachrie semangat sekali. Beliau menyampaikan ini adalah jihad, beliau sudah bertekad untuk membela Al-Quran,” ujar Hermalina, istri almarhum kepada wartawan anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di kediamannya di Komplek Binong Permai pada Sabtu, (05/11).

Meskipun sudah berusia lanjut, Syachrie adalah pribadi yang bersemangat. Ia orang yang disiplin dan tegas tapi mudah terenyuh dan ringan tangan.

“Dia orangnya keras tegas, mudah terenyuh. Ada gimana-gimana, dia kalau diminta bantuan cepat dan semangat,” ungkapnya bahagia.

Sebab itu, banyak warga di lingkungan sekitar merasa kehilangan dengan kepergian almarhum Syachrie.

“Tetangga kiri-kanan sudah kaya saudara semua. Banyak yang nangis, kepada siapa lagi saya curhat. Pak RW dan Pak RT juga bilang begitu,” tambahnya.

Reporter: Fajar Shadiq, Rizki Lesus

Keluarga Bantah Korban 4 November Punya Riwayat Penyakit Asma

TANGERANG (Jurnalislam.com) – Istri syuhada #AksiBelaQuran, almarhum Syahri Oemar Yunan menegaskan bahwa suaminya tidak memiliki riwayat penyakit asma. Pernyataan ini membantah keterangan polisi bahwa almarhum M Syachrie (65 tahun) meninggal saat #AksiBelaQuran karena penyakit asma.

“Gak ada riwayat sakit asma. (Kalau memang ada asma -red) gak mungkin diizinin,” ujar Hermalina, istri almarhum M. Syachrie kepada wartawan anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) pada Sabtu, (5/11/2016) di Komplek Binong Permai, Curug, Tangerang.

Menurut penuturan Hermalina, tidak mungkin pihak keluarga membiarkan almarhum mengikuti aksi jika ia memiliki penyakit asma. Kendati demikian, almarhum M. Syachrie memang memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti #AksiBelaQuran.

“Sejak malam jumat dia sudah siapkan bajunya yang putih-putih, dia setrikain sendiri. Dia bawa baju putih, peci putih, sorban putih. Orang-orang bilang pak Syahrie mukanya lain. Mukanya kayak bercahaya. Katanya sih begitu tapi Wallahu a’lam ya,” tambahnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Ami Setiyono menyatakan korban meninggal dunia akibat asma.
“Korban meninggal dunia dikarenakan sakit asma,” kata
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu dinihari.

Awi menuturkan korban meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta usai berunjuk rasa pada Jumat (4/11/2016). Awi juga menegaskan tidak ditemukan tanda kekerasan maupun luka pada tubuh korban.

Reporter: Fajar Shadiq, Rizki Lesus

MUI Kota Bima: Unjuk Rasa Efektif untuk Mengawal Kasus Ahok

BIMA (Jurnalislam.com) – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bima, Drs. H. Saleh Ismail menyeru umat Islam untuk membela agamanya ketika dilecehkan.

“Sekarang tugas kita adalah bagaimana keinginan kita ini direspon oleh aparat penegak hukum,” katanya membuka aksi unjuk rasa damai di halaman Masjid Al-Muwahhidin, Jl. Sultan Kaharuddin, Kota Bima, Jum’at (4/11/2016).

Pada kesempatan itu ia mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus Ahok. Sebab, ia telah menistakan Al-Quran dan agama Islam.

Kiayi Saleh menegaskan, aksi unjuk rasa merupakan cara yang efektif untuk umat Islam dalam mengawal kasus petahana DKI itu.

“Aksi ini merupakan salah satu cara untuk menyampaikan aspirasi, karena kasus ini belum ada titik penyelesaiannya,” tegasnya menjawab keraguan sebagian umat.

Namun demikian, ulama yang disegani umat Islam Bima itu menghimbau umat untuk menjaga akhlak dan adab dalam menyuarakan aspirasinya.

“Dengan mengucap bismillah, saya melepas kepergian para peserta aksi. Jangan sampai aksi ini anarkis, dan kita harus bisa menjaga adab dan akhlak kita selama melakukan aksi ini,” himbaunya tegas.

Diketahui, ribuan umat Islam Bima turun ke jalan untuk berunjuk rasa tuntut Ahok. Aksi itu didukung langsung oleh MUI Bima melalui Ketumnya.

Aksi Bela Islam Bima: Penegak Hukum Lambat Proses Ahok

BIMA (Jurnalislam.com) – Ribuan umat Islam Bima kembali menggelar aksi tuntut Ahok pada Jum’at (4/11/2016). Aksi damai itu dilakukan dari Masjid Al-Muwahhidin, Jl. Sultan Kaharuddin, Kota Bima sampai Mapolres Bima Kota.

“Aksi ini merupakan aksi untuk mengawal fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI yang telah tegas menyatakan, saudara Ahok telah secara terang-terangan melakukan penistaan terhadap Al-Qur’an dan para ulama,” kata ketua Forum Umat Islam (FUI), Ustadz Asikin dalam orasinya.

Ia menilai, pemerintah dan aparat penegak hukum lambat dalam merespon dugaan penistaan agama oleh petahana DKI Jakarta itu.

“Maka kami mendesak kapolres Bima Kota serta jajaran pemerintah untuk segera menyelesaikan proses hukum ini, jangan sampai kasusnya berlarut-larut,” tegasnya.

Pada kesempatan lain, ulama sepuh Bima TG. H. Ghani Masykur ikut menyuarakan aspirasinya. Ia mengatakan, aksi unjuk rasa itu bentuk pembelaan umat Islam.

“Kami mendesak kepada aparat penegak hukum untuk memproses kasus ini dengan seadil-adilnya, jangan sampai ada warga yang tidak bisa tersentuh dan kebal hukum,” pungkasnya.

Menanggapi itu, Kapolres Bima Kota AKBP. Ahmad Nurman Ismail S.Ik mengaku sudah menyampaikan aspirasi dan tuntutan umat Islam Bima beberapa waktu lalu. Ahmad mengatakan Polri telah mulai bekerja.

Sebagaimana diketahui, pada hari yang sama, jutaan umat Islam se-Indonesia melakukan aksi bela Islam tuntut Ahok di Jakarta.

Prediksi BMKG Meleset, Perubahan Cuaca Mendadak Selama Aksi 4 November

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada hari Jumat (4/11), antara siang menjelang sore muncul potensi hujan di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Pantauan Radar Cuaca BMKG menunjukkan daerah pertumbuhan awan hujan yang terkonsentrasi di wilayah Selatan dan Barat Daya Jakarta.

Kondisi itu, sebagaimana dikutip dari siaran pers tertulis BMKG kepada Republika Jumat (4/11), akhirnya mengakibatkan hujan lebat di beberapa tempat sekitar Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Depok dan Bogor.

Namun yang menarik, menurut Kepala Bidang Layanan Informasi Cuaca BMKG Ana Oktavia, terdapat perubahan kondisi angin yang mengakibatkan munculnya penyebaran arah dan kecepatan angin atau divergensi tepat di wilayah Jakarta.

“Artinya zona tersebut menyebabkan kandungan uap air terurai dan tidak terdapat proses pertumbuhan awan di sekitar Jakarta khususnya wilayah Pusat, Utara dan Timur,” ujarnya dikutip republika

Keadaan itu, kata dia, dapat dilihat dari pengamatan Citra Satelit Cuaca Himawari, dimana wilayah Banten, Jakarta Selatan, Depok, Bogor dan Tangerang Selatan terjadi hujan dan wilayah Jakarta Pusat dan sekitarnya berubah menjadi cerah berawan.

“Kandungan uap air yang cukup basah di wilayah jabodetabek yang terpantau sejak pagi hari cenderung bergeser ke wilayah Banten dan Jawa Barat bagian Selatan serta mengakibatkan hujan lebat disertai petir terjadi di wilayah tersebut,” terang Ana.

Sebagaimana diketahui, siang hari kemarin hingga malam hari (4/11/2016) jutaan umat Islam dari berbagai wilayah melakukan aksi bela Islam tuntut Ahok di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Kronologi Kericuhan Aksi Bela Islam Tuntut Ahok

JURNALISLAM.COM – Suara tembakan menggelegar di atas langit Ibu Kota, tepat di Depan Istana. Mobil Barracuda itu menyemburkan cahaya yang bercabang ke atas langit dan kembali bercabang menukik mengkilat keemasan.

“Blush..” asap menyebar melayang-layang menyergap hidung dan mata.
“Dor..” “dug..” Dor..” susulan tembakkan terdengar super keras berdebam.

Takbir menggema di segala penjuru di hamparan Jalan Merdeka Barat selemparan batu dari Istana Negara kita. Polisi memegang pentungan dan perisai mulai merangsek maju.
Lampu – lampu mobil baja itu berkelap-kelip. Gemuruh riuh di sana-sini.

“Brrrmmmm…” mobil Water Cannon itu mulai menderung menyemburkan ribuan kubik air tak henti-hentinya.

Takbir bercampur haru di tengah hampir satu juta massa Aksi Bela Islam atau Aksi Bela Al-Quran Jumat malam (04/11/2016) tepat pukul 19.30 WIB.

Berdasarkan laporan pandangan mata di lapangan, aksi kericuhan bermula karena ketidak-jelasan Presiden Joko Widodo menemui massa umat Islam yang menuntut penegakkan hukum atas dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Sebelumnya, Bahtiar Nasir, Jurubicara Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) mengabarkan mereka hasil pertemuan dengan Wakil Presiden RI M Jusuf Kalla bahwa sudah ada komitmen pemerintah memproses Basuki Tjahaja Purnama dalam waktu dua minggu.

Tenggat waktu yang dinilai lama ini rupanya ikut memicu kemarahan massa yang datang hampir dari seluruh propinsi di Indonesia.

“Kenapa Pak Presiden tidak mau menemui kami yang jumlahnya hampir satu juta orang? Sementara jika yang datang itu GIDI pelaku pembakaran Masjid di Tolikara beliau malah mengundang ke Istana?’ ujar seorang pria berbaju putih berjenggot tipis.

Kericuhan lain juga dipicu ulah perwakilan Himpunan Mahasiswa Muslim (HMI) MPO yang sejak aksi turun ke jalan dimulai memancing aparat ke amanan di posisi depan dengan teriakan dan lemparan-lemparan benda.

Massa mulai panik ketika dimulai tembakan gas air mata di tengah massa.
“Jangan tembak kami, jangan tembak kami,” kata massa dengan tenang. Namun, suara-suara minor itu terkalahkan dengan suara menggelegar yang memenuhi awan.

Kerusuhan aksi bela Islam II
Kerusuhan aksi bela Islam II

“dor..dor..dor..” Berpuluh-puluh gelegar menggantung di atas langit Jakarta.
Korban gas air mata banyak terjadi di pihak massa Aksi Bela Al-Quran.

Air mata menggeliat tak terasa dari sudut mata. “Ya Rabb…itu kiai dan habib kami ditembaki,” ujar seorang peserta massa melihat mengapa polisi menembaki kea rah mobil yang ditempati para tokoh Islam, kiai dan habaib.

Termauk diantaranya ada KH Bachtiar Nasir, Arifin Ilham, Habib Rizieq Shihab dan beberapa lainnya.
Di atas mimbar, Habib Rizieq masih tak bergeming dan tetap menenangkan massa.

“Apa salah para ulama kami ya Allah,” lirih massa lainnya. Sementara massa terus menutup hidung dan mengucek mata. Hawa yang memekakkan mata membuat air mata terus berderai. Sebagian lari mencari tempat aman.

Para jurnalis terhenyak, menutup telinga, suara tembakkan yang berseru tak berhenti sekejappun. Semua menepi, mulai mengoleskan secuil odol di kantung-kantung mata dan apasaja yang bisa menjadi pengaman tubuh. Sebagian membasahi wajahnya dengan air. Gas air mata sudah mengambang di pelataran Medan Merdeka.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar, “teriak para wartawan yang ketakutan.
Sementara itu, di atas pick up, para ulama terus berseru takbir, beristigfar bahkan sempat menyeru melafalkan Kalimat Tauhid.

“Lailahailallah..lailahailallha..lailahailallah..” ujar suara Habib Rizieq. Sementara tembakan gas air mata tak berhenti dan beberapa peserta aksi ada yang tumbang.

Nampaknya, seruan jangan tembak menguap dan sirna di udara malam yang semakin memanas. Satu per satu peserta aksi tumbang, mual, hingga batuk-batuk dan muntah. Nyala keemasan menyala di atas langit, membentuk kabut merah.

Gemuruh semakin hebat. Massa hanya bisa pasrah ditembaki hingga para kiai dan tokoh-tokoh Islam yang berdiri di mobil komando Aksi Bela Islam. Kalimat takbir, tahlil, tahmid masih terus terlafal. Habib Rizieq bahkan masih berkali-kali menenangkan massa sambal berlafal kalimat tauhid lirih.
Tiba-tiba suara ketukan mikrophone menggelegar.

“Saya Panglima TNI, semua dengarkan saya, komando ada di saya,” ujar Jenderal TNI Gatot berusaha menenangkan suasana di tengah tembakkan yang terus terjadi. “Ini ada Kapolri ingin bicara, coba dengarkan,” kata Panglima TNI menyerahkan mikrophone ke Kapolri.

“Saya Tito Karnavian, Kapolri kalian, kepada setiap anggota kepolisian tolong hentikan tembakan,” kata Jenderal Tito yang datang memerintahkan kepada anggotanya untuk tak menembak. Bukannya mereda, suara tembakan justru semakin banyak.

“Tolong dengarkan saya sebagai Kapolri, hentikan tembakkan sekarang juga,” kata Tito kembali mengulang.

Namun, imbauannya tak digubris, suara tembakkan masih terus menggelegar. Polisi masih terus menembaki demonstran.
Jam 20.30 WIB suasana makin tak terkendali, massa sebagian mundur dan banyak terluka, terutama kena pengaruh gas air mata.

Pukul 21.00 malam massa umat Islam menarik diri beristirahat di Masjid Istiqlal, sebagian terus melaku menuju Kantor DPR-MPR Jalan Gatot Subroto – Jakarta untuk menginap dan beristirahat. Sementara itu, suasana sekitar Istana Negara mulai sepi.

Sumber: laporan pandangan mata wartawan JITU, Rizki L, M Pizzaro dan Daus

Dukungan Aksi Bela Islam Menyeruak Sampai ke Negeri Paman Sam

WASHINGTON DC (Jurnalislam.com) – Dukungan perhelatan akbar pada hari ini, Jum’at (4/11/2016) menyeruak hingga ke Amerika. Unjuk rasa untuk menuntut diadilinya petahana DKI Jakarta itu dinilai sekelompok muslimin Indonesia di Amerika pantas dilakukan.

“Kami melihat, proses hukum yang dilakukan oleh penegak hukum di Indonesia terhadap Ahok berjalan sangat lambat, sehingga menimbulkan kesan ditunda-tunda bahkan ditutup-tutupi,” katanya dalam pesan siar yang diterima jurniscom, Jum’at (4/11/2016).

Proses hukum yang lambat ini, kata dia, telah menyulut kemarahan umat Islam, yang menginginkan agar Ahok di proses secara hukum se-segera mungkin.

“Kami melihat, lambatnya penegakkan hukum terhadap Ahok, dapat menimbulkan potensi kerusuhan yang akhirnya akan mengganggu stabilitas keamanan negara Republik Indonesia yang kami cintai,” ucapnya.

Oleh sebab itu, masyarakat pencinta Al-Qur’an di Amerika itu mendukung kaum muslimin beserta para ulama untuk aksi unjuk rasa hari ini. Mereka juga mendesak pemerintah beserta aparatur hukum segera adili Ahok.

“Mendesak Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi, beserta seluruh elemen penegak hukum di Indonesia, untuk menegakkan hukum dengan menyegerakan proses hukum Saudara Ahok dan mengambil keputusan yang seadil-adilnya,” pungkasnya.

Diketahui, siang ini jutaan umat Islam se-Indonesia diperkirakan hadir untuk berunjuk rasa “Adili Ahok” di Istiqlal sampai Istana Presiden, Jakarta.

Ketum DPP Hidayatullah: Ini Panggilan Iman!

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, Ustadz Nashirul Haq mengingatkan kepada seluruh kader Hidayatullah yang hari ini, Jumat 4 November, turun mengikuti aksi di Istiqlal dan depan Istana bahwa keikutsertaan Hidayatullah dalam aksi ini adalah bentuk panggilan iman.

“Kita ikut karena panggilan iman untuk menjaga kesucian al-Qur’an dari penistaan. Luruskanlah niat semata-mata mencari ridha Allah SWT,” ungkapnya dalam pernyataan tertulis yang disiarkan kemarin (3/11) sore.

Nashirul juga mengingatkan bahwa fokus misi keikutsertaan Hidayatullah adalah mengawal fatwa MUI, tuntutan penegakan keadilan dan supremesi hukum, sebagai bentuk jihad konstitusi.

“Kita menuntut kepada pemerintah dan aparat penegak hukum agar menangkap dan mengadili Ahok yang telah melakukan penistaan terhadap kitab suci al-Qur’an,” jelasnya.

Jika tuntutan umat Islam dan rakyat Indonesia tidak dipenuhi, jelas Nashirul lagi, maka jagalah stamina. Sebab, umat Islam dan kader Hidayatullah harus bisa terus memperjuangkan keadilan. “Jika hukum ditegakkan, insya Allah negeri ini akan aman dan damai,” tulisnya lagi.

Ia juga mengingatkan bahwa aksi damai membela Islam ini harus dilakukan dengan santun, beradab, aman, terkendali, tertib, bersih, tidak terprovokasi, dan tidak anarkis.

Selain itu, kata Nashirul, jaga ibadah dan taqarrub kepada Allah, perbanyak dzikir, pertajam doa, hadapi segala kondisi dengan sabar dan serahkan segala urusan kepada Allah.

Dalam aksi ini, Hidayatullah menurunkan lebih dari 1000 kadernya dari berbagai daerah, termasuk Aceh, Batam, Mataram, dan Jawa Timur. Semua telah berkumpul sejak Kamis malam.

Reporter: Mahladi

Pemblokiran Media Islam, Forjim: Itu Kesalahan Berulang

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pembelokiran situs Islam dan sejumlah media online lainnya kembali muncul menjelang Aksi Bela Islam II 4 November 2016. Menanggapi itu, Forum Jurnalis Muslim (Forjim) menilai itu merupakan kesalahan yang berulang.

“Pemblokiran pada masa lalu, yang jauh dari mekanisme hukum, tidak akuntabel, salah sasaran, kini mau diulang kembali,” kata Forjim dalam rilis yang diterima jurniscom, Kamis (3/11/2016).

Forjim mengatakan, pemblokiran media Islam dan media online lainnya oleh pemerintah, dinilai pincang, cacat hukum dan represif ideologi.

“Dalam kasus pembelokiran media Islam, pembatasan dan sensor konten telah dilakukan negara tanpa prosedur hukum. Atau, meski berdasarkan hukum, tetapi aturannya terlalu ambigu, sehingga bertentangan dengan prinsip keterbukaan,” cetus Forjim yang diketuai oleh Adhes Satria.

Forjim menegaskan, berbagai hukum yang dijadikan sandaran hukum Kominfo untuk pemblokiran situs dinilai tidak jelas. Sebab, mekanisme dari hukum itu sendiri tidak jelas implementasinya dan cenderung menuai polemik.

“Intinya, ada ketidakpastian hukum dalam prosedur pemblokiran konten internet di Indonesia,” tegas Forjim.

Untuk itu, Forjim mendesak pemerintah agar menormalisasi situs media Islam yang telah diblokir.

“Pemblokiran adalah wujud kemunduran negara demokrasi yang seharusnya tidak terjadi. Bangsa ini tentunya tidak ingin kembali jadi bangsa tertutup, negara yang represif, yang secara ketat dan sewenang-wenang mengatur informasi yang dapat diakses oleh warganya,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Kementerian Informasi dan Informatika telah menambahkan 11 website yang masuk dalam daftar pemblokiran. Website tersebut dinilai mengandung konten SARA.
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo telah melayangkan surat pemberitahuan kepada para penyedia layanan internet untuk melakukan pemblokiran.