NEW YORK (jurnalislam.com)– Amerika Serikat memveto resolusi penting Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza, sementara Israel terus memperluas serangan bumi hangusnya di Kota Gaza.
Resolusi tersebut, yang disetujui oleh 14 dari 15 anggota dewan pada Kamis (18/9/2025), menyerukan “gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen di Gaza yang dihormati oleh semua pihak”, pembebasan seluruh tawanan yang ditahan Hamas dan kelompok lain, serta pencabutan pembatasan bantuan kemanusiaan.
Draf ini disusun oleh 10 anggota terpilih DK PBB dan dinilai lebih tegas dibanding resolusi sebelumnya. Para diplomat menyoroti kondisi kemanusiaan “bencana” di Gaza setelah hampir dua tahun agresi Israel yang telah menewaskan sedikitnya 65.141 orang, menurut pejabat kesehatan Palestina.
Seperti diperkirakan, AS memveto resolusi tersebut. Morgan Ortagus, wakil utusan khusus AS untuk Timur Tengah, mengatakan resolusi gagal mengutuk Hamas dan mengabaikan “hak Israel untuk membela diri”.
“Resolusi ini secara keliru melegitimasi narasi palsu yang menguntungkan Hamas,” ujar Ortagus.
Ia juga menuding laporan resmi PBB soal kelaparan di Gaza menggunakan “metodologi cacat”, meski di sisi lain memuji operasi pusat distribusi GHF yang justru menjadi sasaran serangan Israel.
𝗞𝗲𝗰𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗣𝗮𝗹𝗲𝘀𝘁𝗶𝗻𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗗𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗡𝗲𝗴𝗮𝗿𝗮-𝗡𝗲𝗴𝗮𝗿𝗮 𝗔𝗻𝗴𝗴𝗼𝘁𝗮
Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, mengecam keras veto AS.
“Veto ini sangat disesalkan. Dewan Keamanan kembali gagal memainkan peran semestinya dalam menghadapi kekejaman dan melindungi warga sipil dari genosida,” tegas Mansour.
Ia menambahkan, penggunaan hak veto tidak seharusnya diizinkan dalam kasus kejahatan kemanusiaan berat.
Duta Besar Aljazair, Amar Bendjama, juga menyampaikan pernyataan emosional.
“Saudara-saudara Palestina, maafkan kami. Dunia berbicara tentang hak, namun mengingkarinya bagi Palestina. Upaya tulus kami hancur melawan tembok penolakan ini,” katanya.
Bendjama menegaskan perang Israel telah menewaskan lebih dari 18.000 anak-anak, 12.000 perempuan, 1.400 tenaga medis, dan lebih dari 250 jurnalis. Menurutnya, Israel “kebal” bukan karena hukum internasional, melainkan karena bias sistem global.
𝗦𝗶𝗸𝗮𝗽 𝗜𝘀𝗿𝗮𝗲𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗲𝘀𝗽𝗼𝗻𝘀 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menolak resolusi tersebut.
“Israel tidak membutuhkan pembenaran atas perangnya di Gaza,” ujarnya, seraya berterima kasih kepada AS atas penggunaan hak veto.
Sementara itu, James Bays, editor diplomatik Al Jazeera, menilai pemungutan suara ini menjadi momen “suram” di peringatan 80 tahun PBB. Ia menyoroti bagaimana sikap AS merusak semangat diplomasi multilateral dan membuat PBB berada pada titik terendah sepanjang sejarahnya. (Bahry)
Sumber: Al-Jazeera