WASHINGTON (jurnalislam.com)– Amerika Serikat dilaporkan secara diam-diam mengirimkan sekitar 300 rudal Hellfire ke Israel hanya beberapa hari sebelum Tel Aviv melancarkan serangan udara besar-besaran ke Iran. Laporan ini pertama kali diungkap oleh Middle East Eye (MEE) pada Sabtu (14/6).
Rudal Hellfire senjata presisi berpemandu laser yang biasa digunakan untuk serangan udara dan pembunuhan terarah disebut telah tiba di Israel pada Selasa (10/6/2025). Pengiriman ini merupakan bagian dari kesepakatan senjata senilai $7,4 miliar (Rp120 triliun) yang telah disetujui Kongres AS sejak Februari 2025, meski tidak pernah diumumkan secara publik
“Pengiriman sejumlah besar Hellfire menunjukkan bahwa Gedung Putih mendapat informasi lengkap tentang rencana Israel untuk menyerang Republik Islam Iran,” tulis MEE, mengutip dua pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan kepada MEE, “Ada waktu dan tempat untuk Hellfire. Mereka berguna bagi Israel.”
Serangan udara Israel pada Jumat (13/6), yang dijuluki Operasi “Lion’s Courage”, melibatkan lebih dari 100 jet tempur dan menargetkan fasilitas nuklir, pangkalan militer, serta permukiman sipil di Iran. Serangan ini menewaskan sedikitnya 78 orang, termasuk:
– Mayor Jenderal Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)
– Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, kepala staf angkatan bersenjata Iran
– Ali Shamkhani, ajudan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei
Iran kemudian meluncurkan serangan balasan yang dinamakan “Operasi True Promise III”, yang menghantam beberapa kota utama Israel seperti Tel Aviv, Yerusalem, dan Haifa. Beberapa rudal dilaporkan menembus sistem pertahanan Iron Dome, menewaskan sedikitnya tiga warga sipil dan melukai lebih dari 60 orang, serta menyebabkan kerusakan infrastruktur.
Pihak militer Israel mengonfirmasi adanya kerusakan pada area perumahan dan situs militer, namun menyebut korban jiwa di pihak mereka masih terbatas.
Sementara itu, dua pejabat AS menyatakan kepada Reuters bahwa militer AS turut membantu mencegat rudal Iran yang menuju Israel menggunakan sistem pertahanan rudal berbasis darat, meskipun pesawat tempur dan kapal perang AS belum dikerahkan secara langsung.
Sumber MEE juga mengungkap bahwa CIA telah diberi pengarahan tentang rencana serangan Israel sejak April dan Mei. Laporan menyebut CIA “terkesan” dengan kemampuan Israel untuk melakukan operasi besar ini tanpa bantuan langsung AS.
Sumber lain dari Israel mengatakan kepada Axios bahwa Trump secara terbuka pura-pura menentang serangan, namun secara pribadi memberikan persetujuan penuh.
“Kami memiliki lampu hijau AS yang jelas,” klaim seorang pejabat Israel kepada Axios.
Axios juga melaporkan bahwa pada bulan Maret, Trump telah memberi Iran tenggat 60 hari untuk menerima kesepakatan nuklir baru sebagai upaya mencegah serangan. Serangan Israel pada Jumat (13/6) terjadi tepat pada hari ke-61 setelah ultimatum tersebut.
“AS terus memasok senjata dan perlengkapan ke Israel,” tulis MEE, mengutip dua pejabat AS yang mengetahui pengiriman tersebut. (Bahry)
Sumber: Cradle