JURNALISLAM.COM – Syeikh Abu Muhammad al Jaulani, amir Jabhah Nusrah, merilis pidato audio berjudul "Nasru minallahi wafathun qoriib" (Pertolongan hanya dari Allah dan kemenangan itu amatlah dekat), Rabu (1/4/2015). Audio berdurasi 15 menit itu membahas jatuhnya Idlib kepada pasukan koalisi mujahidin.
Syeikh Jaulani mengajarkan persatuan jihad di kota Idlib, yang dikuasai oleh koalisi jihad bernama Jaisy Al-Fath (Tentara Penakluk) akhir bulan lalu. Jabhah Nusrah, cabang resmi Al Qaeda, dan sekutu dekatnya, Ahrar al Sham, memainkan peran utama dalam koalisi.
Jabhah Nusrah tidak berusaha untuk secara sepihak mendominasi Idlib, menurut Syeikh Jaulani. Sebaliknya, mujahidin Jabhah Nusrah "menekankan bahwa kita tidak ingin memerintah kota sendiri tanpa pihak lain". Syeikh Jaulani menambahkan bahwa "konsultasi adalah sistem terbaik bagi pemerintahan".
Syeikh Jaulani ingin memastikan pelayanan publik kota terus beroperasi dan orang-orang bisa bekerja, bahkan jika ada lebih banyak warga daripada jumlah pekerjaan yang ada. Dan dia menyerukan pembentukan pengadilan syariah umum untuk menengahi perselisihan warga negara. "Semua orang harus mengajukan keluhan dan pengaduan mereka, bahkan jika telah sepuluh tahun berlalu," kata Syeikh Jaulani, menurut SITE.
Pada bulan Juli 2014, pidato audio Syeikh Jaulani yang bocor menyebabkan kegemparan di kalangan jihadis Suriah. Terdengar dari pidato yang bocor tersebut bahwa Syeikh Jaulani mengatakan bahwa waktu untuk menyatakan sebuah imarah (negara bagian) di Suriah "telah datang" dan Jabhah Nusrah akan membangun negaranya bergantung pada "hukum Allah dalam setiap arti kata, tanpa kompromi, rasa puas, dalih, atau pengelakan". Kata-kata Syeikh Jaulani itu, yang tidak dimaksudkan untuk audiens di luar Jabhah Nusrah, tapi secara luas ditafsirkan bahwa kelompok itu tidak akan berkonsultasi dengan kelompok pejuang lainnya mengenai arah jihad di Suriah
Segera setelah audio Syeikh Jaulani tersebut bocor pada musim panas 2014, Jabhah Nusrah dengan cepat mengeluarkan pernyataan menyangkal bahwa mereka telah menyatakan sebuah imarah di Suriah, dan menambahkan bahwa mereka akan melakukannya hanya jika "para ulama Ahluts tsughur setuju dengan sikap kami."
Dengan kata lain, Jabhah Nusrah hanya akan mendeklarasikan sebuah imarah setelah berkonsultasi dengan kelompok-kelompok jihad ternama dan tokoh-tokoh ulama terkemuka lainnya. Untuk menekankan hal ini, Syeikh Abu Firas al Suri, seorang veteran al Qaeda yang menjabat sebagai juru bicara Jabhah Nusrah, merilis sebuah video yang mengatakan bahwa kelompoknya akan mengumumkan sebuah emirat setelah "berkonsultasi dengan mereka yang memiliki afiliasi Islam, baik dari faksi jihad, atau pemimpin lokal di negeri Suriah, atau orang-orang yang berpengaruh, dan tentu saja, dengan semua ulama dalam dan luar negeri."
Pidato Syeikh Jaulani yang baru dirilis bisa dilihat sebagai upaya untuk memadamkan setiap kontroversi atas peran Jabhah Nusrah di Idlib, sehingga jelas bahwa pasukan Syeikh Jaulani akan terus bekerja sama dengan fraksi lain sebagai oposisi untuk merebut kekuasaan dari rezim pemerintah. Keputusan Jaulani untuk menekankan pentingnya "konsultasi" adalah kelanjutan dari kata-kata Syeikh Abu Firas al Suri tahun lalu.
Komandan jihad lainnya yang terlibat dalam pertempuran Idlib memiliki pendapat yang sama. Dalam pesannya setelah jatuhnya kota Idlib, amir Ahrar al Sham, Ayeikh Abu Jaber, mengeluarkan pernyataan ucapan selamat bagi para pejuangnya untuk keterlibatan mereka dalam misi yang sukses. Tapi dia juga mengingatkan anak buahnya, menurut terjemahan SITE, bahwa kemenangan sejati hanya akan tercapai "dengan keluarnya pemeluk agama Allah dalam perkumpulan". Dan hal ini akan terjadi jika para jihadis "menghadirkan gambaran yang jelas untuk mereka, mengenai penyelesaian secara Islam dan administrasi Islam untuk urusan rakyat," Syeikh Abu Jaber mengatakan.
Syeikh Abu Jaber menyarankan bahwa aturan ini hanya mungkin jika "setiap kelompok… meninggalkan kepentingan faksi mereka dan mendahulukan kepentingan Islam serta menghapus penderitaan rakyat yang terluka."
Dengan kata lain, menurut pemimpin Ahrar al Sham itu, tidak ada satu faksi jihad pun yang boleh mendominasi pihak lain.
Seperti Syeikh Abu Jaber, Syeikh Jaulani memandang bahwa dukungan rakyat sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang jihadis. Syeikh Jaulani berpendapat "reputasi Muslim dan para amir akan diperoleh bukan dengan meneror orang, tetapi dengan mengamankan mereka dan menghentikan penindasan" . Hanya dengan hal tersebut orang-orang kemudian akan "berkumpul di sekitar mujahidin dan tidak akan melawan mereka, dan mereka akan membantu kekuatan mujahidin untuk menjaga diri mereka".
Dalam video yang disebarkan secara online dan diposting dalam Twitter resmi -nya, Syeikh Abdallah Muhammad al Muhaysini juga berpendapat bahwa jihad di Jaisy Al-Fath harus tetap bersatu dan menahan diri untuk tidak menyalahgunakan rakyat. Syeikh Muhaysini memainkan peran penting dalam Jaisy Al-Fath, dan telah menasihati para jihadis tentang pengaturan kota. Syeikh Muhaysini telah menyetujui sebuah dewan multi-kursi yang mewakili faksi jihad utama. Menurut laporan pers, Ahrar al Sham akan mendominasi dewan ini, dan Jabhah Nusrah juga akan memegang beberapa kursi.
Fakta sederhana dari masalah ini adalah bahwa Syeikh Jaulani tidak akan setuju dengan pengaturan tersebut jika koalisi Jaisy Al-Fath tidak mematuhi hukum syariah yang konsisten dijalankan oleh Jabhah Nusrah dan juga sebagai keyakinan al Qaeda.
Syeikh Muhaysini memang berafiliasi dengan Al Qaeda. Dia bahkan mengatur inisiatif di awal 2014 bertepatan dengan pesan dari Ayman al Zawahiri.
Dan pemimpin al Qaeda yang tertanam dalam jajaran Ahrar al Sham, setidaknya memberikan bantuan dalam kelompok. Sanafi al Nasr, ahli strategi senior Al Qaeda yang bergabung dengan Jabhah Nusrah, bahkan telah mengaku di Twitter bahwa kepemimpinan senior Al Qaeda mengirim orang ke Suriah untuk bergabung dengan Ahrar al Sham. Syeikh Abu Khalid al Suri, yang menjabat sebagai kepala perwakilan Ayman al Zawahiri di Suriah sampai saat kematiannya pada bulan Februari 2014, adalah salah satu tokoh paling senior Ahrar al Sham. Dan Hassan Abboud, pemimpin Ahrar al Sham, adalah salah satu murid Syeikh al Suri. Hassan Abboud bersama dengan para pemimpin Ahrar al Sham lainnya, gugur dalam ledakan September lalu. Al Qaeda secara terbuka berduka di media sosial atas kepergian para pemimpin Ahrar al Sham itu.
Setidaknya satu veteran Al-Qaeda dilaporkan gugur saat berperang untuk Ahrar al Sham di Idlib. Jihadis online mengidentifikasi pria yang dikenal sebagai Syeikh Abu Hafs al Masri sebagai pemimpin Ahrar al Sham dan juga sebagai veteran al Qaeda yang berperang di Afghanistan, Bosnia dan Somalia. Menurut beberapa laporan di Twitter, Syeikh al Masri menjabat sebagai instruktur militer Al-Qaeda.
Dalam kompilasi tweet dan pernyataan yang diposting secara online, Syeikh Muhaysini mengatakan ia telah bertemu dengan Abu Hafs dan memujinya sebagai salah satu "syuhada" di Idlib.
Dalam pidato barunya, Syeikh Jaulani mendata beberapa mujadid yang syahid dalam invasi Idlib, termasuk dua orang Mesir. Syeikh Jaulani menyebutkan salah satu dari keduanya sebagai "Abu Hafs," yang kemungkinan adalah Abu Hafs al Masri (atau Abu Hafs dari Mesir). Warga Mesir lainnya yang dihormati Jaulani sebagai syuhada adalah Abu al Bara'a. Menurut para jihadis di Twitter, seorang komandan Ahrar al Sham yang gugur dalam pertempuran Idlib dikenal sebagai Abu al Bara'a al Masri. Tidak diketahui apakah Abu al Bara'a memiliki latar belakang al Qaeda seperti Abu Hafs.
Jatuhnya pasukan rezim Bashar al Assad di Idlib adalah kemenangan besar bagi koalisi Jaisy Al-Fath. Selain Jabhah Nusrah dan Ahrar al Sham, yang termasuk dalam aliansi antara lain adalah Jund al Aqsa, Liwa al Haqq, Jaysh al Sunna, Ajnad al Sham, dan Faylaq al Sham.
Al Qaeda setidaknya memiliki pengaruh terhadap beberapa dari kelompok tersebut. Jund al Aqsa, misalnya, bekerja sama dengan Jabhah Nusrah untuk memerangi kelompok bersenjata yang didukung Barat (Amerika Serikat) di provinsi Idlib akhir tahun lalu. Jabhah Nusrah dan Jund al Aqsa melanjutkan serangan terhadap Suriah Revolutionaries Front (SRF), dan berhasil merebut beberapa kota dan desa dari SRF. Jund al Aqsa juga menuduh SRF telah membunuh pendirinya, yaitu Syekh Abdul Aziz al Qatar, yang dilaporkan berjuang untuk Al-Qaeda di Afghanistan dan dekat dengan Syeikh Osama bin Laden dan Syeikh Ayman al Zawahiri.
Mengingat keberhasilan koalisi di Idlib, Syeikh Jaulani menyerukan faksi-faksi jihad lain untuk tetap bersatu sebagai satu kesatuan tentara untuk pertempuran selanjutnya. "Kami menyerukan kepada faksi Jaisy Al-Fath untuk tidak berpencar, dan mempertahankan kekuatan mereka melawan musuh, serta bermurah hati di antara satu sama lain, dan mengumpulkan kekuatan mereka dalam mendukung Islam dan kaum Muslimin, serta terus berbaris dengan berkah dari Allah," kata Syeikh Jaulani, menurut terjemahan SITE. "Lanjutkan, wahai tentara Islam, kalahkan musuh kalian. Ada orang-orang yang terkepung di Damaskus dan pedesaannya, serta Homs dan Aleppo. Mereka menunggu kalian untuk menyelamatkan mereka, jadi jangan kecewakan mereka," seru Syeikh Muhaysini.
Syekh Muhaysini telah meminta faksi Jaisy Al-Fath untuk "mempertahankan" tentara mereka juga. "Bukan menggabungkan semuanya dalam satu fraksi, tapi mempertahankan pasukan ini, membuat pasukan ini berdiri tegak, menjadikannya sebagai kekuatan inti untuk membebaskan Damaskus," kata Syeikh Muhaysini dalam sebuah video yang dirilis secara online. Syeikh Muhaysini melanjutkan: "Kalian mempersiapkan invasi besar seperti invasi ini pada Homs atau Hama, atau di Teluk Sahel, atau pada jembatan al-Jisr atau yang lainnya, dan menguasai mereka dan tahu bahwa Allah tidak akan pernah mengurangi pahala perbuatan baik kalian."
Halaman Twitter resmi Jaisy Al-Fath telah memposting bahwa koalisi bukanlah "hanya ruang operasi bersama yang bersifat sementara" yang dikumpulkan hanya untuk pertempuran Idlib, tetapi "mereka merupakan tentara sejati" yang akan melanjutkan jihad untuk “penaklukan" lainnya.
Deddy | The Long War Journal | Jurniscom