Hamas Tolak Pelucutan Senjata: “Itu Bunuh Diri bagi Bangsa Palestina”

Hamas Tolak Pelucutan Senjata: “Itu Bunuh Diri bagi Bangsa Palestina”

GAZA (jurnalislam.com)— Pemimpin senior Hamas, Khaled Meshaal, menegaskan bahwa gerakan perlawanan Palestina tidak akan menyerahkan senjatanya dalam kerangka kesepakatan gencatan senjata jangka panjang. Ia menolak keras tuntutan pelucutan senjata yang disebutnya sebagai “tidak dapat diterima” bagi rakyat Palestina.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Selasa (9/12/2025), Meshaal mengatakan bahwa tahap kedua kesepakatan gencatan senjata telah mendorong tekanan agar Hamas menyerahkan senjata tuntutan yang ia kaitkan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pihak asing.

“Kami menginginkan jaminan bahwa perang pendudukan Israel di Gaza tidak akan kembali,” tegasnya.

“Melucuti senjata Palestina berarti menghilangkan jiwa mereka.”

Ia menambahkan, pengalaman sejarah menunjukkan bahwa ketika rakyat Palestina tidak bersenjata, pembantaian justru terjadi.

“Ketika senjata Palestina diambil, pembantaian dimulai dari Sabra dan Shatila hingga rangkaian pembantaian sepanjang sejarah Palestina,” ujarnya.

𝗦𝗶𝗮𝗽 𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗚𝗲𝗻𝗰𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮 𝗣𝗮𝗻𝗷𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗮𝘀𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗜𝗻𝘁𝗲𝗿𝗻𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹

Meshaal menyampaikan bahwa Hamas bersedia menerima mekanisme yang menjamin stabilitas, termasuk gencatan senjata jangka panjang dan penempatan pasukan stabilisasi internasional di sepanjang perbatasan Gaza, serupa dengan misi UNIFIL di Lebanon selatan.

“Kami tidak memiliki masalah dengan pasukan stabilitas internasional di perbatasan,” katanya.

Pada 18 November lalu, Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi rancangan AS yang mengizinkan pembentukan misi internasional sementara di Gaza hingga 2027. Misi ini bertugas membantu menegakkan gencatan senjata dan mendukung stabilisasi pascaperang.

Meshaal juga menyebut negara-negara kawasan seperti Qatar, Mesir, dan Turki dapat berperan sebagai penjamin ketenangan di Gaza, sambil menegaskan bahwa sumber ketidakstabilan adalah agresi Israel.

“Masalahnya terletak pada eskalasi, pembunuhan, dan kekerasan Israel terhadap rakyat Gaza,” katanya.

𝗙𝗮𝘀𝗲 𝗞𝗲𝗱𝘂𝗮 𝗞𝗲𝘀𝗲𝗽𝗮𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗚𝗲𝗻𝗰𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮

Komentar Meshaal muncul menjelang kunjungan Netanyahu ke Gedung Putih untuk membahas fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata 10 Oktober lalu.
Fase pertama mencakup pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.

Pada fase kedua, Israel diwajibkan menarik pasukannya lebih jauh dari Gaza, membentuk otoritas transisi, dan mendukung penempatan pasukan stabilisasi internasional.

Israel mengaitkan dimulainya negosiasi lanjutan dengan penerimaan seluruh jenazah sandera. Mereka mengklaim satu jenazah masih berada di Gaza. Hamas menegaskan bahwa pihaknya telah menyerahkan semua 20 sandera yang masih hidup dan 28 sandera yang tewas.

Meshaal menutup dengan menegaskan bahwa Gaza harus diberi kesempatan memasuki fase rekonstruksi setelah “dua tahun puing-puing dan penderitaan berat akibat agresi Israel.” (Bahry)

Sumber: TRT

Bagikan