SUDAN (jurnalislam.com)- Kepala Dewan Kedaulatan Sudan, Abdel Fattah al-Burhan, menegaskan bahwa militer Sudan menargetkan “melenyapkan sepenuhnya” kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Pernyataan itu disampaikan pada Jumat (21/11), hanya beberapa hari setelah ia mengumumkan mobilisasi umum angkatan bersenjata.
Burhan menyampaikan pidatonya melalui siaran di halaman Facebook Dewan Kedaulatan, dari kota al-Qutaynah di Negara Bagian Nil Putih. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa tujuan militer Sudan kini adalah “melenyapkan milisi dan membersihkan setiap jengkal tanah air.”
Sebelumnya, Burhan kembali menolak usulan gencatan senjata dengan RSF kecuali milisi tersebut melucuti senjatanya. Ia juga menyerukan rakyat Sudan untuk bangkit melawan RSF, yang kini menguasai wilayah luas di negara tersebut.
Namun pada Rabu lalu, Burhan menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi dalam upaya mencapai perdamaian, setelah Presiden AS Donald Trump berjanji akan membantu mengakhiri konflik Sudan.
“Kami akan bekerja sama dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan mitra Timur Tengah lainnya untuk mengakhiri kekejaman ini sekaligus menstabilkan Sudan,” ujar Trump dalam unggahan di platform Truth Social, usai pertemuan dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang turut mengangkat isu konflik Sudan.
𝗛𝗥𝗦𝗙 𝗦𝗮𝗺𝗯𝘂𝘁 𝗜𝗻𝗶𝘀𝗶𝗮𝘁𝗶𝗳 𝗣𝗲𝗿𝗱𝗮𝗺𝗮𝗶𝗮𝗻
RSF menanggapi pernyataan tersebut secara positif. Melalui Telegram, mereka menyatakan bahwa pihaknya sedang menyiapkan “tanggapan komprehensif dan serius” terhadap berbagai inisiatif perdamaian yang tengah digagas.
Uni Emirat Arab yang menurut sejumlah laporan PBB dituduh memasok peralatan kepada RSF juga menyambut baik langkah Trump untuk mendorong penyelesaian konflik Sudan.
Pada September lalu, kelompok mediasi Kuartet mengusulkan rencana yang mencakup gencatan senjata selama tiga bulan dan pengucilan pemerintah militer maupun RSF dari lanskap politik pascakonflik. Namun, usulan tersebut ditolak oleh militer Sudan.
𝗞𝗲𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁 𝗱𝗶 𝗟𝗮𝗽𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Pada awal November, RSF mengumumkan kesediaannya menerima gencatan senjata kemanusiaan setelah berhasil merebut Al Fasher ibu kota Darfur Utara dan benteng terakhir militer di wilayah tersebut. Namun PBB menyatakan bahwa sejak saat itu terjadi pembantaian, pemerkosaan, penjarahan, dan eksodus massal warga sipil dari Al Fasher.
Saat ini RSF menguasai sekitar sepertiga wilayah Sudan. Dalam beberapa minggu terakhir, mereka meningkatkan serangan di wilayah Kordofan yang kaya minyak dan berbatasan langsung dengan Darfur. Milisi itu juga berulang kali mengumumkan “pembebasan segera” kota Babanusa, yang telah mereka kepung sejak Januari 2024.
Babanusa merupakan salah satu wilayah kekuasaan terakhir militer di Kordofan Barat dan menjadi jalur strategis yang menghubungkan Sudan bagian barat dengan ibu kota, Khartoum. (Bahry)
Sumber: TNA