PALESTINA (jurnalislam.com)- Pelabuhan Eilat, pelabuhan paling selatan Israel yang terletak di Laut Merah, dilaporkan akan menghentikan seluruh operasinya mulai Ahad (21/7/2025), setelah gagal membayar utang dan mengalami krisis keuangan akibat blokade yang diberlakukan oleh kelompok Houthi Yaman.
Menurut laporan Channel 12 Israel, Pemerintah Kota Eilat telah membekukan rekening bank milik pelabuhan dengan nilai sekitar 10 juta shekel atau sekitar Rp42 miliar. Dana tersebut merupakan tunggakan utang pelabuhan kepada pemerintah kota yang tidak dapat dibayarkan karena penurunan pendapatan yang sangat tajam.
Pendapatan Pelabuhan Eilat anjlok drastis pada tahun 2024 menjadi hanya 42 juta shekel atau sekitar Rp176 miliar, turun hampir 80 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencatat pendapatan sebesar 212 juta shekel atau sekitar Rp888 miliar. Penurunan ini terjadi setelah pengalihan rute pengiriman kapal menuju pelabuhan di Mediterania seperti Ashdod dan Haifa.
“Menyusul penutupan Pelabuhan Eilat dari operasi reguler dan krisis keuangan yang dialaminya akibat konflik yang sedang berlangsung, Pemerintah Kota Eilat memberi tahu manajemen pelabuhan tentang penyitaan semua rekening banknya karena utang kepada pemerintah kota,” demikian pernyataan Otoritas Pelabuhan dan Pengiriman Israel yang dikutip oleh The New Arab, Kamis (17/7).
“Sebagai konsekuensinya, pemberitahuan telah diterima dari Otoritas Pengiriman dan Pelabuhan bahwa Pelabuhan Eilat diperkirakan akan ditutup dan menghentikan seluruh aktivitasnya mulai Minggu mendatang,” lanjut pernyataan tersebut.
Pelabuhan Eilat selama ini merupakan salah satu jalur penting perdagangan Israel, menghubungkan rute dari Terusan Suez Mesir serta menjadi lokasi strategis jaringan pipa Eilat-Ashkelon yang mengalirkan minyak mentah ke Laut Mediterania.
Namun sejak November 2023, kelompok Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran telah meluncurkan berbagai serangan rudal dan pesawat nirawak (drone) ke kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina dan kecaman terhadap genosida Israel di Gaza.
Pada Rabu (16/7), kelompok Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan drone ganda yang menghantam Pelabuhan Eilat dan satu lokasi militer di wilayah Negev, dan menyebutnya sebagai “operasi simultan yang sukses.”
Hingga berita ini ditulis, Pemerintah Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait rencana penutupan permanen Pelabuhan Eilat. (Bahry)
Sumber: TNA